PUISI 2.0 TENTANG “MALAM”
Oleh.
Hariyanto
Salam LITERASI
Hari ini kembali saya menyajikan P2.0 atau disebut Puisi 2.0
yang terpilih, sedikitnya ada pujian dari sang gurunya. Seperti puisi TEGASLAH
karya Rasposet, dan tidak lupa hari ini saya juga memuat 2 karya penggagas P.2.0 Endang Kasupardi yang saya ambil dari
Grup WA kami. Sementara saya mencoba menulis puisi masih bertemakan bekas hujan
kemarin, yaitu TANAH BASAH, dan juga suasana malam dalam DUA JAM DINDING..... Uniknya
lagi suasana malam juga digambarkan oleh Sang Guru dalam judul BIASANYA JIKA
MALAM dan LULUR
Tak kalah serunya Ibu Pujiatun juga berkisah tentang malam
dalam SELIMUT.
Dan Efrizal RB. Cotho menunjukkan semangatnya sudah menulis
P.2.0 yang ke 60. Selamat ya. Bung Efrizal.......berkisah tentang TABIAT,
LEL:EH, KERIPUT dan RISAU......
Akhirnya kita sajikan beberapa puisi ini dengan harapan bisa
menghibur dan mengambil hikmah darinya. Tulisan puisi ini menunjukkan semangat
berkarya dari penulisnya.
SALAM LITERASI
Blitar, 19.10.2021
TANAH BASAH
Oleh.
Hariyanto
Tanah basah
pagi ini
Membekas di
sepanjang jalan
Berbalut
batuan kerikil
Berumput hijau
Pasir bertanah
hitam
Menempel
Di tapak kaki.
BOLE TENES
Bola hijau
muda
Terantul-antul
Ringan
melayang
Di atas lantai
Sebelum diam
Dalam dekapan
Jemari anak
kecil
Tertawa riang.
MENDUNG
Oleh.
Hariyanto
Awan itu
mengabut
Hitam dan
berguruh
Gemuruh
lantang
Berarak pelan
Menurun
Menutup
pandang
Berubah hujan.
Blitar.
19.10.21
SPEAKER
Oleh.
Hariyanto
Suaranya
begitu jelas
Tajam di
telinga
Menyusur
kebisingan
Membawa pesan
Kadang sumbang
Kadang teduh
Lewatnya
Jiwa
Dikenalkan.
Blitar.
19.10.21
DUA JAM
DINDING
Oleh.
Hariyanto
Nyaris bersatu
denting
Sahut menyahut
Saling kejar
Klik
klok....klik klok
Dua nada
Memecah sunyi
Di ruang sepi
Setiap malam.
BIASANYA JIKA
MALAM
Endang
Kasupardi
berjalan
terhuyung-huyung
tiap pintu
dipegang daunnya
"gemeteran,"
katamu
aku memegang
pinggangmu
biasanya geli
kini engkau
pasrah
Endang
Kasupardi: Ini puisi fase 1 ya.
Subjektif
(individual)
LULUR
Oleh : Endang
Kasupardi: Fase 1
bukalah segala
penutup
tubuhmu
Jika lidahmu
kelu
biarkanlah
tangan-tangan
menyentuh
segala kering
berdebu
agar
eycaliptus
menembus
kulitmu
TEGASLAH
Oleh. Rasopset
jangan
membuatku tersesat
di antara
jawabanmu yang abu-abu
aku semaput
lama menunggu
dalam waktu
penuh lumut
19/10/2021
MIMPI
malam tadi
dia datang
kembali
tak
berkata-kata
hanya menatap
tajam
di matanya
lompat
sebuah
pertanyaan
yang tak bisa
diterjemahkan
rasopset P2.0
SELIMUT
Oleh.
Pujiatun
Lembut
beludru
Menutupi
Dari dingin
malam
Meski tak
menghapus sepi
Namun cukup
menghangatkan
SAHABAT
Oleh .
Pujiatun
Lembut
beludru
Menutupi
Dari dingin
malam
Meski tak
menghapus sepi
Namun cukup
menghangatkan
56. TABIAT
Karya :
EFRIZAL RB COTHO
Tingkahmu?...
Polah dan
gayamu...
Apa lagi
kebiasaanmu
Cerminan
sikapmu
Sosok nyata
Wujudmu
sang kelana
57. TANDEH
Ludes....rata
Mencekung
terkikis
Tak rersisa
Mengerus
Menghisap
Lalu hampa
58. RASA
Tak
berwujud
Bukan hantu
Tapi
penyusut
Dicari...diinginkan
Penyusut
Ditolak tak
disukai
Pilihan
hati
58. KERIPUT
Lekuk makin
jelas
Penghantar
sisa usia
Goresan
nyata perjuangan
Senja
menyapa
Pagi
berlalu
Menuju
penutup cerita
59. LELEH
Tak ada
beku
Akan
mencair
Kedinginan
Sukma
Melebur
Sirna
bersama mentari
Keceriaan
menanti
60. RISAU
Haluan tak
terarah
Bergayut
mendung
Menepis
ceria
Hilang
pedoman
Hilang rasa
Hilang
tingkat strata
Maren lanjut Cak.Har
BalasHapusTerimakasih Cak Inin.....Salam Literasi
BalasHapusLuar biasa, semakin andal..
BalasHapusTerimakasih Ambu....salam literasi
HapusBasah sejak semalam
BalasHapusGuyur hujan tanpa ampun
Tak henti berdebar
Angin mengikuti kencang
Hanya bisa diam
Dengan berjuta doa
Terimakasih Mbake...sudah menambahi puisi MALAM. AYo ditunggu berikutnya
Hapus