Jumat, 15 Oktober 2021

Seri PUISI 2.0 MENULIS PUISI DARI GAMBAR "KOPI KENTAL"




SALAM LITERASI

Tantangan menulis puisi bisa dengan berbagai metode dan cara. Salah satunya kita disuguhkan sebuah gambar saja. Dari gambar itu baru dituliskan sebuah puisi, sesuai jenisnya. Dalam puisi 2.0 tentunya bercirikan jumlahkata tidak lebih dari 20 kata. Ciri lainnya harus menggambarkan fokus 1 obyek saja. 

Kali ini saya melihat sebuah gambar secangkir kopi di pagi hari. Gambar itu di upload di grup WA oleh sang Mentor....dan semua anggota boleh menanggapinya....yah tentunya berupa puisi. Nah kesempat itu saya tangkap pagi ini, dengan hasil sebagaimana terlihat digambar di atas artikel ini.

Saya berusaha menuliskan saja fokus pada obyek kopi....warna dan kesannya. Biasanya saya terjebak menggabarkan kesan atau suasana diluar kopi....misalnya akibat minum, atau malahan cangkirnya. Kembali ke fokus saya berusaha tetap kembali kepada bab kopi. Dan hasilnya seperti itu. (Sayang sekali hingga jam 22.00 WIB ini belum ada tanggapan Mentor) sehingga saya pun merasa sudah benar. Ada satu dua tanggapan Mentor hari ini tetapi bukan ke arah substansi puisinya, tetapi ke arah motivasi dan penjelasan umumnya. Begini jawaban ringan beliau....tulislah sebanyak-banyaknya puisinya, nanti sekali-kali baru ditanggapi.  Memang saat ini anggpta grup disuruh membuat target pribadi menulis puisi 2.0 ini sebanyak-banyaknya. Ada yang 200-300 sampai 500 dalam waku 3 bulan yaitu sampai batas akhir tahun ini, Karenanya pesan singkat Mentor adalah tulislah puisi sebanyak-banyaknya dulu baru ketemu nantinya kualitas....

Istilah ringkasnya : kuantitas-kuantitas-kuantitas  baru kualitas-kualitas.

Alhamdulillah hari ini saya berhasil membuat 8 puisi. Ada kopi kental di dalamnya. KOPI KENTAL inilah puisi yang saya buat hari ini berasarkan gambar yang ditayangkan Mentor. Semoga bisa dinikmati. Aamiin.

CATATAN UP DATE:

Alhamdulillah, ternyata puisi KOPI KENTAL sudah di tanggapi Mentor malam ini , dan haasilnya memang belum maksmal menggambarkan kopi.

Kok Bisa ?

Ya memang. 
Kita mencoba mengurainya dengan mendengarkan petuah Mentor malam ini antara lain :

[22.23} Dari judul dulu ya. 

Apakah judulnya sudah diubah?

Jika belum diubah ini belum riil, masih abstrak. Cuitan burung itu menerangkan tentang burung yang bersuara, begitu pun kopi pahit menerangkan kopi yang rasanya pahit.

[22.23, 15/10/2021] Hariyanto: Belum saya ubah Pak

[22.33, 15/10/2021] Penggunaan kalimat, pada kopi kental, 

Kentalnya menghitam. Siapa yang mengental? Siapa yang menghitam? 


Coba kalau kalimatnya 

Hitam mengental


Pekatnya bersama kecoklatan

Cukup saja gunakan kata

Pekat


Menyatu di wadah kokoh

Cukup saja gunakan

Lebur


Menawarkan keperkasaan

Coba kalau

Menyentuh 


Penikmatnya

Ujung lidah


Jadi keseluruhannya


KOPI


hitam mengental

pekat

lebur

menyentuh ujung lidah


Nah begitulah NOTE malam ini dalam proses penulisan puisi episode fokus.......


CUITAN BURUNG PIPIT

Oleh. Hariyanto

 

Begitu riuhnya

Serombongan burung pipit

Dengan kicauannya

Menyatukan riangnya

Di antara bulir padi

Menjuntai.

 

 

KOPI KENTAL

 

Kentalnya menghitam

Pekatnya bersama kecoklatan

Menyatu di wadah kokoh

Menawarkan keperkasaan

Penikmatnya.


KERAMIK

 

Seribu motif

Terlukis indah memapar

Bercerita panjang

Kisah kehidupan

Dari masa ke masa

Cantikmu

Membuat langkah ringan

Sampai tujuan.

 

 

PERPUSTAKAAN

 

Saksi bisu itu

Akhirnya bicara

Setelah sekian lama

Tertutup oleh debu

Pintu yang dibuka

Bersama lembaran bukunya

Menebalkan keyakinan

Pengunjungnya,

 

 

JUMAT BERKAH

 

Jumat pagi

Membawa harapan

Berkah dalam bungkusan nasi

Di tepian jalan

Jumat siangnya

Mengantar jamaah

Berhaji ke baitullah

Jumat malam pun

Menjanjikan kemakmuran

Penikmatnya.

 

Jumat, 15.10.21

 

 

KEMARAU PANJANG

Oleh . Hariyanto

 

Langit memerah

Bumi panas dan retak

Hawa hendak membakar

Melewati pucuk-pucuk

Pepohonan meranggas

Menanti hujan

Tak kunjung datang.

 

 

 

HUJAN BELUM DATANG

Oleh. Hariyanto

 

Saat angin berhenti

Hawa memanas

Dalam rumah dan rongganya

Manusia gerah

Merasakan penantian

Angin segar

Membawa butiran air

 

Blitar, 15 Oktober 2021

 

SALAM LITERASI

 

 

 

1 komentar: