SALAM LITERASI
Tantangan menulis puisi bisa dengan berbagai metode dan cara. Salah satunya kita disuguhkan sebuah gambar saja. Dari gambar itu baru dituliskan sebuah puisi, sesuai jenisnya. Dalam puisi 2.0 tentunya bercirikan jumlahkata tidak lebih dari 20 kata. Ciri lainnya harus menggambarkan fokus 1 obyek saja.
Kali ini saya melihat sebuah gambar secangkir kopi di pagi hari. Gambar itu di upload di grup WA oleh sang Mentor....dan semua anggota boleh menanggapinya....yah tentunya berupa puisi. Nah kesempat itu saya tangkap pagi ini, dengan hasil sebagaimana terlihat digambar di atas artikel ini.
Saya berusaha menuliskan saja fokus pada obyek kopi....warna dan kesannya. Biasanya saya terjebak menggabarkan kesan atau suasana diluar kopi....misalnya akibat minum, atau malahan cangkirnya. Kembali ke fokus saya berusaha tetap kembali kepada bab kopi. Dan hasilnya seperti itu. (Sayang sekali hingga jam 22.00 WIB ini belum ada tanggapan Mentor) sehingga saya pun merasa sudah benar. Ada satu dua tanggapan Mentor hari ini tetapi bukan ke arah substansi puisinya, tetapi ke arah motivasi dan penjelasan umumnya. Begini jawaban ringan beliau....tulislah sebanyak-banyaknya puisinya, nanti sekali-kali baru ditanggapi. Memang saat ini anggpta grup disuruh membuat target pribadi menulis puisi 2.0 ini sebanyak-banyaknya. Ada yang 200-300 sampai 500 dalam waku 3 bulan yaitu sampai batas akhir tahun ini, Karenanya pesan singkat Mentor adalah tulislah puisi sebanyak-banyaknya dulu baru ketemu nantinya kualitas....
Istilah ringkasnya : kuantitas-kuantitas-kuantitas baru kualitas-kualitas.
Alhamdulillah hari ini saya berhasil membuat 8 puisi. Ada kopi kental di dalamnya. KOPI KENTAL inilah puisi yang saya buat hari ini berasarkan gambar yang ditayangkan Mentor. Semoga bisa dinikmati. Aamiin.
CATATAN UP DATE:
Alhamdulillah, ternyata puisi KOPI KENTAL sudah di tanggapi Mentor malam ini , dan haasilnya memang belum maksmal menggambarkan kopi.
Kok Bisa ?
Ya memang.
Kita mencoba mengurainya dengan mendengarkan petuah Mentor malam ini antara lain :
[22.23} Dari judul dulu ya.
Apakah judulnya sudah diubah?
Jika belum diubah ini belum riil, masih abstrak. Cuitan burung itu menerangkan tentang burung yang bersuara, begitu pun kopi pahit menerangkan kopi yang rasanya pahit.
[22.23, 15/10/2021] Hariyanto: Belum saya ubah Pak
[22.33, 15/10/2021] Penggunaan kalimat, pada kopi kental,
Kentalnya menghitam. Siapa yang mengental? Siapa yang menghitam?
Coba kalau kalimatnya
Hitam mengental
Pekatnya bersama kecoklatan
Cukup saja gunakan kata
Pekat
Menyatu di wadah kokoh
Cukup saja gunakan
Lebur
Menawarkan keperkasaan
Coba kalau
Menyentuh
Penikmatnya
Ujung lidah
Jadi keseluruhannya
KOPI
hitam mengental
pekat
lebur
menyentuh ujung lidah
Nah begitulah NOTE malam ini dalam proses penulisan puisi episode fokus.......
CUITAN BURUNG PIPIT
Oleh. Hariyanto
Begitu riuhnya
Serombongan burung pipit
Dengan kicauannya
Menyatukan riangnya
Di antara bulir padi
Menjuntai.
KOPI KENTAL
Kentalnya menghitam
Pekatnya bersama kecoklatan
Menyatu di wadah kokoh
Menawarkan keperkasaan
Penikmatnya.
KERAMIK
Seribu motif
Terlukis indah memapar
Bercerita panjang
Kisah kehidupan
Dari masa ke masa
Cantikmu
Membuat langkah ringan
Sampai tujuan.
PERPUSTAKAAN
Saksi bisu itu
Akhirnya bicara
Setelah sekian lama
Tertutup oleh debu
Pintu yang dibuka
Bersama lembaran bukunya
Menebalkan keyakinan
Pengunjungnya,
JUMAT BERKAH
Jumat pagi
Membawa harapan
Berkah dalam bungkusan nasi
Di tepian jalan
Jumat siangnya
Mengantar jamaah
Berhaji ke baitullah
Jumat malam pun
Menjanjikan kemakmuran
Penikmatnya.
Jumat, 15.10.21
KEMARAU PANJANG
Oleh . Hariyanto
Langit memerah
Bumi panas dan retak
Hawa hendak membakar
Melewati pucuk-pucuk
Pepohonan meranggas
Menanti hujan
Tak kunjung datang.
HUJAN BELUM DATANG
Oleh. Hariyanto
Saat angin berhenti
Hawa memanas
Dalam rumah dan rongganya
Manusia gerah
Merasakan penantian
Angin segar
Membawa butiran air
Blitar, 15 Oktober 2021
SALAM LITERASI
Keren puisinya..
BalasHapus