Rabu, 13 Oktober 2021

P. 2.0 KOKOK AYAM JAGO

KOKOK AYAM JAGO

Oleh. Hariyanto

 

Suaranya membelah subuh

Mengisi telinga

Tidur nyenyaknya jejaka

Bersautan di muka belakang azan

Ayam jantan mengobarkan

Semangat pagi

Menyibak selimut malam

 

 

LANGIT  SIBUK

Oleh. Hariyanto

 

Azan subuh

Kumandang

Langit

Di segala penjuru angin

Dari seribu masjid

Suara ustadz mengaji

Lantunkan ayat suci

Ayam dan burung bersuitan.

 

Blitar, 13.10.21

 

 

HOLAHOOP
Oleh. Hariyanto

 

Pinggul digoyang

Perut dikempiskan
simpai pun berputar

Pelan-pelan

Menjadi kencang

Mengejar napas

Memeras keringat.

 

Blitar, 13.10.21

 

MESIN CIRCLE

Oleh Hariyanto

 

Dentingan nyaring

Penuhi telinga

Mengiris

Bongkahan terjerembab

Bersama tumpukan besi baja

Yang tidak berdaya

 

Blitar, 13.10.21

 

JAM PAGI GURU

Oleh. Hariyanto

 

Sesi satu dimulai

Satu kalimat seru

Di depan kelas

Menjadi mantera

 

Siswa pun bertebaran

Melayangkan angan

Mengais imajinasi.

 

Blitar, 13.10.21

 

 

SIRINE DI JALAN

Oleh. Hariyanto

 

Lengkingan memecah jalan

Meminggirkan rintangan

Menyibakkan mobil-mobil

Raungannya

Tidak segarang kemarin

Aroma pandemi

Telah pergi.

 

ANAK SEMBUNYI

 

 

Derap kaki berlari

Semakin menjauh

Pergi

Menghilang

Di rerimbunan

Pohon beluntas

Anak sembunyi.

 

 

SOSIALISASI BATAL HAJI

 

Sebuah frasa

Disosialisasikan

Batal Haji 2021

Hati ini tetap saja

Berangkat Haji

 

 

MEJA POJOK

 

Meja pojok

Paling belakang

Ruang aula

Sebuah notes

Sebuah pena

Telah beraksi

Bersama secangkir kopi

 

 

AIR MINERAL

 

Rasa haus

Menggoyang air mineral

Di atas meja

Dalam botol bening

Sebelum pindah

Basahi tenggorokan

Blitar, 13 Oktober 2021



Catatan :

PUISI 2.0

Puisi yang mensyaratkan tidak lebih dari 20 kata ini begitu ringkas. Bentuknya sederhana karena hanya melihat satu obyek untk satu judul puisi.....motto PUISI 2.0 adalah

Ø SATU PUISI

Ø SATU OBYEK

Ø SATU SUDUT PANDANG

 

Puisi ini dikreasi  dan digagas oleh Dr. Endang Kasupardi saat menyelesaikan studi S3 di UPI 2010. 

Puisi ini lahir sebagai antisipasi jawaban atas perkembangan zaman yang serba cepat dan digital dengan tingkat kesibukan orang yg luar biasa. Dgn kondisi ini ke depan tidak ada lagi waktu untuk menulis atau membaca dan menikmati puisi yang panjang. Bgm caranya dalam waktu terbatas orang masih sempat menikmati puisi, maka solusinya harus dibuat puisi yang hemat kata tapi bermakna. Atas dasar itulah lahir puisi yang hanya maksimal 20 kata tapi bermakna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar