TUKANG PARKIR
Oleh, Hariyanto
SALAM LITERASI,
Alhamdulillan. Pujis syukur kehadirat-Nya hari ini masih bisa terus berkarya menulis puisi 2.0 yang jumlah katanya dalam satu bait tidak lebih dari 20 kata. Justeru kurang dari 20 kata dibolehkan.
Dari beberapa puiisi hari ini ada 1 puisi berjudul TUKANG PARKIR mendapat catatan Guru Bapak Endang Kasupardi....intinya untuk diperbaiki dengan lebih dalam lagi menggambarkan detil wajah dan ciri tukang parkir dimaksuid. Ini sekaligus menandaskan, bahwa dalam menulis puisi 2.0 ini kita dituntut selalu fokus pada 1 obyek. Tuliskan detailnya dan baru diberi kesan dengan penggunaan berbagai majas, rima, ritma dan diksi tertentu. Disini pula kita diajak memahani sesungguhnya ada perbandingan isi puisi yaitu gabungan antara hal nyata dan rasa. 60 : 40.
Sulit kah ?
Ya jika kita tidak pernah mau mencobanya. Namun percayalah jika kita mencoba menuliskannya secara teratur, dengan rutin maka akan emmberikan efek puisinya semakin sempurna. Puisinya semakin indah dan enak dinikmati. Puisinya memiliki nilai.
Kasus puisi saya dengan segala catatan guru sengaja saya tampilkan utuh dari karya pertama dan karya kedua setelah dipermak (diperbaiki).
Selamat menikmati
SALAM LITERASI
hariyanto
Blitar, 25.10.21
ANTREAN
Hariyanto:
Layar
dibuka
Tangan
bergerilya
Mengoyak
layar
Hingga
terdengar
Nomor
antrean 105
Silakan ke
loket 3
Layar pun
ambyar
Gelap.
PERIKSA
DIRI
Hariyanto:
Sekali ini
Duduk
berjarak
Di antara
tanda silang
Merah
Orang
berjaga
Hingga
duduk
Persis di
ruang periksa
VAKSINASI
Panggilan
demi panggilan
Mengarah
pada satu
Titik yang
tajam
Menyemburkan
Virus
Yang
dilemahkan
Aduh
PERIKSA
DIRI
Sekali ini
Duduk
berjarak
Di antara
tanda silang
Merah
Orang
berjaga
Hingga
duduk
Persis di
depan dokter
TUKANG
PARKIR
Hariyanto:
Serasa aman
Motor kuparkirkan
Tanpa
kesepakatan
Motor pun
kuambil
Tagihan
2000 rupiah
Muncul
tanpa tiket.
Puisi
Tukang Parkir mendapat catatan Guru sbb:
Endang
Kasupardi: Coba lihat karakter tukang parkirnya. Sorot mata, gerakan tangan,
baju bersaku, topi dan rambutnya
Endang
Kasupardi: Dalam ilmu bahasa ada istilah neurolinguistik. Sarap sarap
kebahasaan atau dengan kata lain bahasa batin. Bahasa yang muncul dari hati
nurani.
Bahasa itu
misalnya;
1. Kita
berada para jarak berdiri yang jauh. Si A dan Si B. Nah si B ini seperti
meludah diarahkan pada kita. Dia meludah tentu tidak kenak karena jauh, tapi
kita tetap merasa terhenina.
2. Gerak
tubuh, mengacungkan jempol atau jari tengah.
3. Kita
terlempar dari jaringan. Terasa sakit, padahal kita tidak jatuh.
Dlsb.
[12.03, 25/10/2021] Jawsab saya Hariyanto: Ya pak.... terima kasih
Siap.permak
Dan hasilnya
......
TUKANG
PARKIR
Hariyanto:
Tanpa
kesepakatan
Motor pun
kuambil
Tagihan
2000 rupiah
Dari tangan
keras
Sorot mata.
Tajam
Mengiris
jalan
Peluit pun
Menggelepar
Blitar, 25
Oktpober 2021
SUNGAI
BRANTAS
Oleh.
Hariyanto
Sungguh
mata airmu jernih
Menerawang jauh
Sebelum labuh
di laut
Jawa
Aliranmu
membekas
Pada batu-batu
sejarah
Peradaban maju
Raja-raja
Blitar, 25
Oktober 2021
PATUNG
DWARAPALA
Oleh.
Hariyanto
Sepasang
Patung
Duduk
jongkok
Diam membisu
Mata melotot
Gigi taring
menyeruak
Gada di
tangannya
Siap
memukul tenggelam
Angkara murka
Dalam-dalam.
Blitar,
25.10.21
TEKUKUR
Oleh.
Hariyanto
Suara
tekukur
Mengingatkan
panggilan
Azan mulia
Tatkala
berhenti
Burung
perkutut semedi
Asma-Nya
Dalam mata
pejamnya.
Blitar,
25.10.21
DESAH NAPAS
Hariyanto
Desahan
napas panjang
Terputus-putus
Dalam hidung
Bersuara berat
Tersengal
Mengejar waktu
Menuju senja
Blitar,
25.10.21
Keren, terus berkarya dan dihimpun jd buku.tp sy semakin bingung ttg fokusnya haha..
BalasHapusMenarik sekali puisinya, Pak
BalasHapusBtw, saya baru tahu klo ada genre baru puisi 2.0
Terimakasih postingannya ya.Pak :)
Terima kasih dpt ilmu lagi dari Cak Har. Sy tertarik krindahan puisi Sungai Brantas, Tekukur dan Desah Napas. Lanjut
BalasHapusPantunnya banyak Pak. Rajin mengoleksi. Hehe ..
BalasHapus