Selasa, 22 Juni 2021

Upaya Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila


Upaya Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

# hariyanto

 

Sangat bagus pertanyaan dari sahabat kita KS dari kota Blitar Bapak Samuji tadi malam dalam acara zoom bertajuk .”Penguatan Pendidikan Karakter Profil Pelajar Pancasila di Sekolah.” Bahkan pertanyaan itu sangat dtunggu termasuk oleh guru dari Kalimantan malam itu.

Apa perbedaan fundamental antara PPK yang selama ini kita lakukan dan Profil Pelajar Pancasila, dan Apa indikator keberhasilan program Profil Pelajar Pancasila tersebut ?

Umi Rosidah demikian narasumber malam itu ternyata seorang guru PAI dari Kediri yang penuh prestasi. Beliau menjawabnya bahwa sebenarnya tidak ada bedanya kalau dulu ada 18 nilai karakter yang sebenarnya banyak nilai sama di dalamnya, kini diringkas lagi, lalu ditambakan dengan identitas bangsa kita Pancasila. Harapannya nilai karakter itu memiliki hubungan kuat dengan nilai dasar negara kita Pancasila. Lebih ringkas menjadi 6 nilai saja yaitu

1)    Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia

2)    Berkebinekaan Global

3)    Gotong royong

4)    Mandiri

5)    Bernalar Kritis

6)    Kreatif.

Indikator keberhasilan Profil Pelajar Pancasila, menjawab pertanyaan Bapak Samuji ketika nilai-nilai itu sudah dilaksana dan menjadi budaya di satu sekolah tertentu.  Bahkan di satu masyarakat dan di bangsa kita keseluruhan. Kapan itu ? Ya harus bersama kita usahakan . Namanya karakter itu salah satu ciri yang terus dikembangkan oleh pelajar sepanjang hayat.

Siapa yang melakukannya...? Saat ini tempat potensial untuk menanamkan karakter menjadi profil pelajar Pancasila ya di SEKOLAH.

Bagaimana cara melakukan di sekolah konkritnya ? Mendikbud dan Riset Nadiem N Makarim menjelaskan singkat bahwa siswa harus ditanamkan budaya : BANYAK TANYA  -   BANYAK COBA   - BANYAK KARYA.

Bagaimana konkritnya ? Terus bagaimana lagi yang di kelas harus diberikan pembelajaran  yang kreatif.....begitu kata Menteri lho.

Nadiem mengungkap perlunya guru dan murid untuk memiliki semangat bertanya.

“Di sistem pendidikan kita, kita harus mendorong murid-murid untuk menanya. Kita harus mendorong guru-guru untuk menanya,” katanya.

Untuk banyak coba, hal tersebut menurut menteri termuda di Kabinet Indonesia Maju ini, terkait dengan keberanian mengambil risiko.

“Di dalam sistem pendidikan kita, kita harus memberikan kebebasan kepada murid-murid kita untuk mencoba hal-hal yang baru. Kebebasan dan kemerdekaan pada guru-guru kita untuk mencoba hal-hal yang baru,” tutur Mendikbud.

“Tanpa dia merasa takut, dia mengambil risiko. Jadi kemampuan mengambil risiko ini harus kita anjurkan. Kemampuan mengambil risiko ini sangat penting di masa depan, harus banyak mencoba, walaupun gagal, tidak apa-apa, karena dari kegagalan itu ada pembelajaran,” imbuhnya.

Nadiem pun menyerukan semangat berkarya sebagai sinyalemen bangsa produktif.

“Yang bukan hanya mendengarkan informasi, lalu dites, tapi mengerjakan hal-hal, menciptakan hal-hal, membuat portofolio. Inilah project based learning dan berbagai macam inisiatif yang akan kita lakukan perubahan di dalam sistem kita bertumpu pada ketiga prinsip dasar ini: banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya,” pungkas Mendikbud Nadiem Makarim.

Menurut Umi yang pernah ke Jepang untuk tugas belajar beliau melihat langsung, betapa anak usia SMP begitu sangat sopan terhadap gurunya. Sangat peduli terhadap sekeliling. ( Bayangkan warga Jepang waktu habis konser katanya rela pungut sampah sampai bersih kembali lapangannya).

Terus anak SD kelas 1 sampai 3 tidak dibebani banyak mata pelajaran, apalgi di leskan. Kata Umi mereka hanya diberi 3 mata palajaran saja....bahasa (literasi ), kesenian dan numerasi.  Lainnya banyak praktek lapangan termasuk membersihkan WC (menjadi mengkilap). Saya juga pernah membaca, untuk ini gurunya terjun langsung. Anak disuruhuti bersosialisasi dengan temannya dalam tugas bersama dll. Kapan kita bisa membayangkan begini di sekolah kita ?

Bagaimana gambaran singkat PROFIL PELAJAR PANCASILA ?

Saya mengutip penjelasan Dirjen GTK Kemendikbud Iwan Syahril dalam menjelaskan 6 cirinya seperti berikut :


“SDM seperti apa yang kita butuhkan? Yang ingin kita hasilkan. Yang dibutuhkan oleh pembangunan nasional dan kemudian yang ingin kita hasilkan di sekolah-sekolah kita adalah sebuah profil pelajar yang sudah kita rumuskan yaitu Profil Pelajar Pancasila,” kata Dirjen GTK Kemendikbud, Iwan Syahril.

Ia kemudian menjelaskan poin demi poin dari Profil Pelajar Pancasila.

Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; ada dimensi spiritualitas, religiusitas kepada agama dan keyakinannya. Kemudian bisa berintegritas, berakhlak mulia. Akhlaknya juga harus luar biasa sebagai hasil dari refleksi atau dimensi spiritual,”

“Yang kedua, harus mandiri, dia tahu tujuannya itu apa. Bisa mendefinisikan tujuan, menyusun rencana untuk mencapai tujuan secara mandiri. Ini bagian dari Self-regulated learning,” (contohnya di Jepang anak usia SD dilatih berjalan kaki sendiri ke sekolah, baru boleh bersepeda ketika di SMP)

Ketiga,  bernalar kritis yakni bisa berpikir dari berbagai sudut pandang. Keempat  Berkebhinekaan global, tidak hanya melihat perbedaan secara nasional, tapi juga di dunia bahwa keragaman itu adalah sebuah kekuatan yang akan menghadirkan solusi-solusi yang akan semakin menguatkan kemanusiaan kita.

Kelima  betapa gotong royong begitu penting, serta merupakan akar dari budaya masyarakat Indonesia.

Keenam , kreatif  yaitu adanya  imajinasi untuk menghadirkan solusi-solusi baru.  

 

Blitar, 22 Juni 2021

Hariyanto 

dwload link materi  : https://drive.google.com/file/d/1WNAitlQhLNuXJdJJVQmPpGZW3AyIIzEW/view?usp=sharing



4 komentar: