Upaya Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
# hariyanto
Sangat bagus pertanyaan dari sahabat kita KS dari kota Blitar
Bapak Samuji tadi malam dalam acara zoom bertajuk .”Penguatan Pendidikan
Karakter Profil Pelajar Pancasila di Sekolah.” Bahkan pertanyaan itu sangat
dtunggu termasuk oleh guru dari Kalimantan malam itu.
Apa perbedaan fundamental antara PPK yang selama ini kita
lakukan dan Profil Pelajar Pancasila, dan Apa indikator keberhasilan program Profil
Pelajar Pancasila tersebut ?
Umi Rosidah demikian narasumber malam itu ternyata seorang guru
PAI dari Kediri yang penuh prestasi. Beliau menjawabnya bahwa sebenarnya tidak
ada bedanya kalau dulu ada 18 nilai karakter yang sebenarnya banyak nilai sama
di dalamnya, kini diringkas lagi, lalu ditambakan dengan identitas bangsa kita
Pancasila. Harapannya nilai karakter itu memiliki hubungan kuat dengan nilai
dasar negara kita Pancasila. Lebih ringkas menjadi 6 nilai saja yaitu
1) Beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia
2) Berkebinekaan
Global
3) Gotong royong
4) Mandiri
5) Bernalar
Kritis
6) Kreatif.
Indikator keberhasilan Profil Pelajar Pancasila, menjawab
pertanyaan Bapak Samuji ketika nilai-nilai itu sudah dilaksana dan menjadi
budaya di satu sekolah tertentu. Bahkan
di satu masyarakat dan di bangsa kita keseluruhan. Kapan itu ? Ya harus bersama
kita usahakan . Namanya karakter itu salah satu ciri yang terus dikembangkan
oleh pelajar sepanjang hayat.
Siapa yang melakukannya...? Saat ini tempat potensial untuk
menanamkan karakter menjadi profil pelajar Pancasila ya di SEKOLAH.
Bagaimana cara melakukan di sekolah konkritnya ? Mendikbud
dan Riset Nadiem N Makarim menjelaskan singkat bahwa siswa harus ditanamkan
budaya : BANYAK TANYA - BANYAK COBA
- BANYAK KARYA.
Bagaimana konkritnya ? Terus bagaimana lagi yang di kelas
harus diberikan pembelajaran yang
kreatif.....begitu kata Menteri lho.
Nadiem mengungkap perlunya guru dan murid untuk memiliki
semangat bertanya.
“Di sistem pendidikan kita, kita harus mendorong murid-murid untuk menanya.
Kita harus mendorong guru-guru untuk menanya,” katanya.
Untuk banyak coba, hal tersebut menurut menteri termuda di Kabinet Indonesia
Maju ini, terkait dengan keberanian mengambil risiko.
“Di dalam sistem pendidikan kita, kita harus memberikan kebebasan kepada
murid-murid kita untuk mencoba hal-hal yang baru. Kebebasan dan kemerdekaan
pada guru-guru kita untuk mencoba hal-hal yang baru,” tutur Mendikbud.
“Tanpa dia merasa takut, dia mengambil risiko. Jadi kemampuan mengambil risiko
ini harus kita anjurkan. Kemampuan mengambil risiko ini sangat penting di masa
depan, harus banyak mencoba, walaupun gagal, tidak apa-apa, karena dari
kegagalan itu ada pembelajaran,” imbuhnya.
Nadiem pun menyerukan semangat berkarya sebagai sinyalemen bangsa produktif.
“Yang bukan hanya mendengarkan informasi, lalu dites, tapi mengerjakan hal-hal,
menciptakan hal-hal, membuat portofolio. Inilah project based learning dan
berbagai macam inisiatif yang akan kita lakukan perubahan di dalam sistem kita
bertumpu pada ketiga prinsip dasar ini: banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya,”
pungkas Mendikbud Nadiem Makarim.
Menurut Umi yang pernah ke Jepang untuk tugas belajar beliau
melihat langsung, betapa anak usia SMP begitu sangat sopan terhadap gurunya.
Sangat peduli terhadap sekeliling. ( Bayangkan warga Jepang waktu habis konser
katanya rela pungut sampah sampai bersih kembali lapangannya).
Terus anak SD kelas 1 sampai 3 tidak dibebani banyak mata
pelajaran, apalgi di leskan. Kata Umi mereka hanya diberi 3 mata palajaran
saja....bahasa (literasi ), kesenian dan numerasi. Lainnya banyak praktek lapangan termasuk
membersihkan WC (menjadi mengkilap). Saya juga pernah membaca, untuk ini
gurunya terjun langsung. Anak disuruhuti bersosialisasi dengan temannya dalam
tugas bersama dll. Kapan kita bisa membayangkan begini di sekolah kita ?
Bagaimana gambaran singkat PROFIL PELAJAR PANCASILA ?
Saya mengutip penjelasan Dirjen GTK Kemendikbud Iwan Syahril
dalam menjelaskan 6 cirinya seperti berikut :
“SDM seperti apa yang kita butuhkan? Yang ingin kita hasilkan. Yang dibutuhkan
oleh pembangunan nasional dan kemudian yang ingin kita hasilkan di
sekolah-sekolah kita adalah sebuah profil pelajar yang sudah kita rumuskan
yaitu Profil Pelajar Pancasila,” kata Dirjen GTK Kemendikbud, Iwan
Syahril.
Ia kemudian menjelaskan poin demi poin dari Profil Pelajar Pancasila.
“Beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; ada
dimensi spiritualitas, religiusitas kepada agama dan keyakinannya. Kemudian
bisa berintegritas, berakhlak mulia. Akhlaknya juga harus luar biasa sebagai
hasil dari refleksi atau dimensi spiritual,”
“Yang kedua, harus mandiri, dia tahu tujuannya itu apa. Bisa mendefinisikan
tujuan, menyusun rencana untuk mencapai tujuan secara mandiri. Ini bagian
dari Self-regulated learning,” (contohnya di Jepang anak usia SD dilatih
berjalan kaki sendiri ke sekolah, baru boleh bersepeda ketika di SMP)
Ketiga, bernalar kritis yakni
bisa berpikir dari berbagai sudut pandang. Keempat Berkebhinekaan global, tidak hanya
melihat perbedaan secara nasional, tapi juga di dunia bahwa keragaman itu
adalah sebuah kekuatan yang akan menghadirkan solusi-solusi yang akan semakin
menguatkan kemanusiaan kita.
Kelima betapa gotong royong begitu
penting, serta merupakan akar dari budaya masyarakat Indonesia.
Keenam , kreatif yaitu adanya imajinasi untuk menghadirkan solusi-solusi
baru.
Blitar, 22 Juni 2021
Hariyanto
dwload link materi : https://drive.google.com/file/d/1WNAitlQhLNuXJdJJVQmPpGZW3AyIIzEW/view?usp=sharing
Terima kasih
BalasHapusTerimakasih Om Jay. Salam literasi
HapusMantap pak...hatur nuhun ..
BalasHapusTerimakasih Bunda Watu..... salam literasi
Hapus