Menilik judul pelatihan
malam ini teringatlah akan judul buku lama “MENGARANG ITU GAMPANG,” karya Arswendo Atmowiloto buku tahun 1980 –an. Judulnya sangat
menginspirasi dan menyemangati. Tentu sepertilah harapannya untuk pembaca. Cover
buku lama menggambarkan seseorang sedang sibuk dan gigih menulis dengan sebuah
mesin ketik biasa. Sementara zaman sudah berubah tentunya saat ini semua sudah
menggunakan key board latop atau layar android. Semua demi sebuah tulisan. Betul
bahwa malam ini dengan judul ini beliau menginginkan semua peserta menjadi MAU
dan MAMPU menulis.
Lihatlah clossing
statement beliau malam itu: “Beliau mengajak kita semua untuk terus menulis.
Pokoknya menulis. Jangan pedulikan mutu dulu. Bangun tradisi menulis dulu baru
mutu akan mengikuti. Bisa menulis itu anugerah. Ada sangat banyak manfaat yang
bisa kita rasakan. Yakinlah. Insyaallah berkah untuk kita semua. Amin.”
Ini adalah kesimpulan
beliau setelah sekian tahun menulis yaitu mampu mengantarkannya ke berbagai
wilayah sampai ke luar negeri. Bisa bertemu sahabay banyak dan bersilaturahmi
dan banyak manfaat lainnya yang mengikuti. Begitu juga ketika ditanya tentang
buku yang laku dan cara menjualnya, beliau mengatakan bahwa untuk mahasiswanya
tidak pernah memaksa membeli bukunya, justeru mahasiswanya yang memesannya dan
lalu mencetak sesuai pesanan. Buku akan menemukan takdirnya, anugerah dari menulis
buku bukan hanya berbentuk uang.
Menulis bagi beliau
harus disertai kegiatan membaca. Ada hubungan yang kuat antara banyak membaca
dengan mutu dan kualitas tulisan.
Membaca bisa membuka wawasan sekaligus memberikan energi baru.
Menjawab pertanyaannya peserta
beliau menjelaskan untuk merawat konsistensi menulis dengan membangun keyakinan
setiap hari bahwa menulis itu memberikan berkah. Beliau bisa seperti sekarang
ini karena--salah satunya-- aktif menulis. Beliau merasakan betul manfaat
menulis. Bahkan beliau bisa mengunjungi banyak kota di Indonesia, juga beberapa
negara, karena menulis. Ini yang beliau tanamkan agar terus menulis.
Prinsipnya menulis itu
ya nulis saja. Salah satu buku yang cukup berkesan adalah PROSES KREATIF
PENULISAN AKADEMIK. Buku ini entah sudah cetak berapa ribu eksemplar, padahal beliau
terbitkan sendiri. Ada sebuah universitas di Lombok yang sudah tiga tahun
berturut-turut menjadikan buku ini sebagai bacaan bagi mahasiswanya. Tentu ada
banyak buku lain yang juga beliau suka.
Menghadapi teman yang
memandang sebelah mata? Ya nggak perlu kita pandang dan tanggapi.Yakinlah kalau
kita nulis akan membuat manfaat untuk kita. Beliau sudah tidak peduli apa buku beliau
laku atau tidak, ada yang baca atau tidak. Tapi beliau yakin bahwa SETIAP
TULISAN PUNYA TAKDIR PEMBACA SENDIRI. TULISAN MENJADI PEMBUKA PINTU REZEKI.
Rezeki tidak harus berupa uang. Teman itu juga rezeki. Kalau tidak karena menulis
beliau tidak akan kenal Bu Aam, Bu Maesaroh, Omjay, dan banyak kawan-kawan yang
lain.
Pak Ngainun Naim
ternyata putra Tulungagung, kelahiran 1975. Pendidikan S3nya diselesaikan di UIN Sunan Kalijaga,
serta memiliki segudang prestasi yang brilian. Saat ini berprofesi sebagai
dosen di IAIN Tulungagung. Sudah menulis
buku tunggal lebih dari 40 judul baik buku ajar maupun buku umum. Beberapa
puluh buku karya antologi.
Kebiasaan beliau sampai saat ini adalah
menulis setiap hari minimal 5 paragraf. Cukup lima paragraf. Tentu lebih banyak
itu lebih bagus. Saya punya kawan yang saya mentori yang sudah satu setengah
tahun menulis setiap hari 5 paragraf. Hasilnya beliau sudah menerbitkan 3 judul
buku.Menulis itu tidak harus selesai sekaligus, satu kali duduk. Terkadang
tulisan itu di tulis di atas Bus karena
menemukan sebuah ide. Dicatat beberapa kalimat dengan istilah “ngemil tulisan.”
Tulisan yang bagus itu lahir dari
kekayaan bacaan. Tulisan yang menarik tidak lahir begitu saja. Intinya ya
banyak membaca dan banyak menulis. Semakin banyak membaca dan semakin banyak
menulis maka akan semakin bagus tulisan kita.
Kesulitan tema? Tulis saja kegiatan
sehari-hari. Itu sudah tema. Contohlah Omjay. Beliau tulisannya deras mengalir
bak air hujan. Sangat produktif. Apapun yang beliau lakukan jadi tulisan. Atau kurang
PD, maka ini pengalamannya bahwa dulu
juga mengalami. Lalu beliau rubah pola pikirnya.Pokoknya
nulis saja. Ketakutan kita itu dari pikiran kita sendiri. Orang lain biasanya
nggak peduli atau nggak seperti apa yang kita bayangkan. Jadi pikiran kita
sudah menyimpulkan terhadap sesuatu yang tidak terjadi. Cara meningkatkan
kualitas? Menulis sebanyak-banyaknya nanti kualitas mengikuti. Mustahil menulis
berkualitas jika jarang menulis. Mustahil juga bermanfaat jika tidak pernah
menulis. INTINYA MARI MENULIS SEBANYAK-BANYAKNYA, nanti kualitas dan manfaat
akan mengikuti.
“Anda
bisa menulis pengalaman hidup sehari-hari. Bisa juga menulis renungan dari apa
saja yang Anda amati. Jika ada yang memberikan kritik, jadikan sebagai
pelecut untuk perbaikan tulisan berikutnya. Jangan marah atau putus asa.
Jadi penulis itu seharusnya bermental baja.”
Jadi menulis gampang bukannya tanpa halangan. Hanya
bagaimana kita bisa menulis sambil menghilangkan semua tantangan itu salah satu
ada di hati yaitu NIAT kuat dan SYUKUR. Kunci utamanya NIAT YANG KUAT. Beliau
menikmati setiap tahapan hidup ini dengan penuh syukur. Sesibuk apapun upayakan
menulis sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. bisa menulis itu anugerah.
Banyak yang ingin bisa tetapi tidak bisa-bisa maka penting menata niat untuk
berjuang menulis.
Tips Menulis
mudah
Pertama, carilah ide yang menarik di pikiran Anda. Bisa
dari teman sekitar, sekolah, tugas,
dan lingkungan sekitar
Kedua, ikat ide itu dalam bentuk tulisan. Ide itu kuncinya segera ditulis,
jangan dibiarkan, nanti hilang.
Ketiga, hilangkan rasa takut, malu, atau khawatir tidak sesuai ejaan. Ketika
menulis, tulis saja jangan dibaca, tulis terus apa yang ada di pikiran. Setelah
itu diamkan. Jangan menulis sambil ngedit. Jangan menulis sambil dibaca. Nulis
adalah nulis.
Keempat, edit tulisan itu. Kapan ngeditnya? Tidak harus seketika itu. Jadi ada
waktu sendiri.
Menurut Pak
Ngainun Naim, tulisan itu lahir karena beliau:
1. Pernah membaca ulasan dalam topik
yang sama
2. Mengolahnya menjadi tulisan
3. Bisa menulisnya karena menguasai
topik tersebut
4. Membangun kebiasaan produktif
5. Ditulis sedikit demi sedikit alias “ngemil”
Mari kobarkan semangat menulis setiap hari
Luangkan waktu, bukan menunggu waktu luang
Begitu pesan narasumber,
Penjelasan pelengkap beliau ada di sini
https://www.youtube.com/watch?v=LxSY0y8MPjI&t=21s
Blitar, 10 Juni 2021
Hariyanto
Resemu ke 23
Narasumber : Dr. Ngainun Naim
Hari tanggal : Rabu, 9 Juni 2021
mantap pak resumenya dengan gaya bahasa sendiri ..keren👍
BalasHapus