Sabtu, 12 Juni 2021

Inilah 8 Cara Mengembangkan Tulisan Non Fiksi yang Baik

 


Inilah 8 Cara Mengembangkan Tulisan Non Fiksi yang Baik

@hariyanto

 

Malam ini pelatihan belajar menulis PGRI menghadirkan narasumber pegiat literasi seorang dosen senior Unesa (Universitas Negeri Surabaya) Profesor Much. Khoiri. Beliau akan membawakan topik penting yaitu “Cara Mengembangkan Tulisan Non-Fiksi.” Topik ini sangat tepat dibawakan beliau karena memang sudah terbiasa menulis buku non fiksi, termasuk artikel jurnal dan di media massa.

Perkenalan dengan beliau lebih jauh  ada dalam profilnya di blog beliau.  Ini sebagian dari profil beliau :

MUCH. KHOIRI. Lahir di Desa Bacem, tahun 1965, Much. Khoiri kini dosen dan penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996) ini  trainer untuk berbagai pelatihan motivasi dan literasi. Ia masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014).Salah satu bukunya Menulis dalam Kesibukan (Ed.Revisi, 2020), dan Kitab Kehidupan (Mei 2021). Dia sedang menyiapkan naskah buku tentang literasi, sastra, dan budaya. Emailnya: muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id. Facebook: https://www.facebook.com/much.khoiri.90. HP/WA: 081331450689.

Buku pertama tahun 2011 berupa fiksi,  dan kumpulan cerpen. Hingga saat ini beliau menulis  buku ke 66  berupa nonfiksi, berjudul "Kitab Kehidupan"  yang diterbitkan oleh Penerbit Mayor Genta Hidayah pada Mei 2021. Dari sisi jenis tulisan beliau sudah menguasai penulisan baik fiksi maupun non fiksi. Menurut beliau  perbedaan jenis tulisan ini jika fiksi mementingkan rasa dan intuisi sedangkan jenis non fiksi  menonjolkan sisi kognisi.

Ketika ditanya tentang mana yang lebih penting menulis fiksi atau non fisksi untuk saat ini  di negeri kita Indonesia ? Beliau menjelaskan untuk saat ini lebih berpeluang menulis non fiksi, dibanding fiksi. Karena  masyarakat Indonesia bukan pembaca sastra yang loyal.

Dalam kuliah malam itu  beliau memberikan 8 cara  mengembangkan tulisan non fiksi sederhana menjadi karya yang luarbiasa. Adapun langkahnya adalah:

1. Memulai sebuah tulisan dengan membuat definisi.

2. Memulai sebuah tulisan dengan sebuah penjelasan.

3. Berikan contoh dari apa yang kita sampaikan.

4. Berikan pula sebuah kasus dari sesuatu yang kita jabarkan.

5. Buatlah sebuah kutipan yang relevan dengan  topik yang kita buat.

6. Dalam tulisan yang kita buat, kita bisa menyisipkan anekdot atau humor yang kita kuasai.

7. Dalam melengkapi tulisan, kita juga bisa menyisipkan ungkapan filosofis.baik dari tokoh agama, budayawan, filosof dll.

8. Tulisan yang kita buat, bisa kita lengkapi dengan sebuah peribahasa. 

Untuk membuat satu tulisan non fiksi memang tidak harus mengeluarkan semua jurus itu. Bisa jadi hanya menonjolkan data-data penting disertai penjelasan. Atau membuat perumpamaan, anekdot dan peribahasa, semua tergantung  topik yang dibawakan. Untuk lebih memahami apa yang disampaikan beliau, bisa kita simak video dibawah ini:


https://www.youtube.com/watch?v=1-HO0z-oUuI&t=14sk


Sangat jelas.
Begitulah penjelasan di youtube tersebut sangat praktis bisa langsung dieskekusi di lapangan. Begitu inspiratif sehingga harapannya para penulis akan semakin pintar.

Beliau selalu mengajak pembaca dan peserta pelatihan agar membaca dan membaca buku yang bergizi lalu menulis dan menulis setiap hari. Mottonya adalah .”Berliterasi Setiap Hari.” Dalam kanal youtubenya dengan akun  “Blantik Literasi” beliau menggaungkan semangat berliterasi. Dengan berkustom memakai topi laken persis yang dipakai blantik sapi beliau berperan menawarkan literasi.

Dalam Blognya “ Literasi, Sastra dan Ruang Ketiga.” beliau menjelaskan bahwa motto “Berliterasi Setiap Hari.” Melalui akun youtube Blantik Literasi,  memiliki empat segmen materi di dalam akunnya, yakni: Ngaji Literasi (Ngarsi), Sinau Hikmah (Simah), Di Balik Buku (Dibaku), dan Warta Literasi (Warsi). Semua itu dipadukan dengan beberapa blog dan grup WA yang diasuhnya.

Pelatihan yang singkat malam ini akan lebih jelas jika kita padu dengan beberapa penjelasan melalui kanal youtubenya “ngarsi”  (Ngaji Literasi). Apalagi jika kita ikut bergabung dalam grup WA asuhan beliau,  Disamping mendapat ilmu kepenulisan kita juga akan mendapat pengaruh positip dalam menulis. Kita diberi kesempatan menulis dan diberikan catatan jika ada kesalahan, sehingga tulisan kita semakin matang. Dalam periode tertentu juga diadakan pelatihan diluar itu semua yaitu melalui zoom seperti tentang Menulis Opini di Media Massa pada Rabu, 9 Juni 2021 lalu.

Saya beruntung sudah bergabung masuk dalam grup beliau RVL (Rumah Virus Literasi). Disana kita saling belajar menulis dengan penuh semangat, Virus literasi itu seolah memasuki tubuh kita. Beliau memang selalu mengajak masyarakat maju berliterasi dengan berbagai jalan antara melalui bukunya baik fiksi maupun non fiksi. Semangat literasi itu tampak sekali dengan 5 bukunya khusus membahas tentang “ Teori Kepenulisan”  yaitu Buku pertama, Rahasia Top Menulis, diterbitkan oleh Elex Media Komputindo, Jakarta, pada tahun 2014. Buku yang dipengantari oleh Kang Pepih Nugraha, manajer Kompasiana kala itu, berisi tiga bagian—1) pentingnya penegasan alasan menulis, 2) ajakan menulis yang paling diketahui, dan 3) berbagai rahasia top menulis.

Lima buku teori menulis


Buku kedua, Pagi Pegawai Petang Pengarang, diterbitkan oleh Genius Media, Malang, tahun 2015. Ia diberi pengantar oleh Dr. M. Mufti Mubarok, M.Si, penulis mega best-seller dan peraih rekor MURI. Buku ini terdiri atas 4 bab: 1) memahami makna pegawai pengarang, 2) dari menulis ke publikasi, 3) menulis buku sendiri, dan 4) menjual buku merajut jejaring.

Sobat literasi, buku ketiga, Write or Die: Jangan Mati Sebelum Menulis Buku, diterbitkan oleh Pagan Press Lamongan pada tahun 2017. Buku ini memiliki 5 bab yang enak diikuti: 1) alasan ‘menulis atau mati’, 2) apa yang perlu ditulis, 3) keajaiban ‘menulis atau mati’, 4) menulis dari kata pertama, dan 5) ayo menulis setiap hari.

Lalu, keempat adalah buku Writing Is Selling. Ia diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Pagan Press Lamongan pada tahun 2018. Ada lima bagian dalam buku ini: 1) menata mindset, 2) menjaga spirit, 3) menjaring inspirasi, 4) berkarya setiap hari, dan 5) menuju writerpreneur.

Kelima, buku SOS: Sapa Ora Sibuk, Menulis dalam Kesibukan, edisi pertama diterbitkan oleh Unesa University Press Surabaya tahun 2016, dan edisi revisi diterbitkan oleh penerbit Tankali Sidoarjo tahun 2020. Buku yang dipengantari oleh Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn ini mengupas tentang 1) hakikat menulis, 2) pentingnya menyiasati kesibukan, dan 3) tujuh belas strategi menulis dalam kesibukan.

Karena itu tepat sekali  beliau dihadirkan di pelatihan penulisan malam ini. Karena beliau pastinya akan menyebarkan virus literasinya.

 

 

SALAM LITERASI

Blitar, 12 Juni 2021

Oleh Hariyanto


Resume  ke  :  25

Tema              : Cara Mengembangkan Tulisan Non Fiksi

Narasumber : Much. Khoiri

Hari sajian    : Jumat, 11 Juni 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar