Menulis bukan sebuah cita-cita, karena
dulu saya
ingin menjadi Guru. Seperti Ibuku seorang guru SD maka cita-cita itu hanya
melihat yang terdekat. Menulis di SD belum begitu kukenal, hanya saya ingat
ketika mendapat hukuman dari Pak Guru setelah bertengkar dengan teman, menulis
satu kalimat, agar tidak mengulang perbuatan itu sampai satu buku tulis penuh.
Ketika
di SMP sempat ikut belajar menulis puisi
karena sahabatku Langgeng Ria Pambudi berhasil berkarya di majalah. Namun belum
berhasil. Begitu pula ketika ingin mencoba mengirim naskah cerita anal ke Bobo.
Selalu mendapat amplop dari Pos bersetempel mereh menyala.
“ Mohon maaf Tulisan Anda belum bisa dimuat, dan dikembalikan.”
Ketika
di SPG di tahun 1980 – 1983 bersyukur bertemu
seorang guru Agama, Ibu Badriyah
sempat memberikan hadiah 2 majalah anak, setelah melihat karya pidato saya
menang di sekolah. Pak Moersodo juga guru saya yang mengesankan karena sering
bercerita dan memberikan pentunjuk cara menyusun puisi praktis.
Ketika di IKIP Malang tahun 80 –an saya bergabung dalam komunitas
penulis HMP (Himpunan Mahasiswa Penulis). Berbagai pelatihan dasar sampai lanjutan
yang diadakan oleh HMP saya ikuti
tuntas. Semua sosok
idola kakak kelas jurusan saat itu berprofesi
wartawan senior di
harian Kompas dan Jawa Pos dan Surabaya Post. Sebut saja Anwar Hudiono (Kompas) dan Heru YogiSurabaya Post ) dan
Baehaqi (Jawa Post) semua itu
membangkitkan semangat saya menulis. Saya pun sempat ikut
terjun dalam jajaran reporter lepas di Koran kampus “Komunikasi”.
Bertapa senangnya mendapati tulisan pertama di
muat di Koran, walau pun Koran kampus. Apalagi saat itu ternyata juga mendapat
honor yang “kecil” tapi bernilai saat itu sekitar 5 ribu rupiah potong pajak jadi 4 ribu rupiah. Bandingkan di media lokal
“Suara Indonesia” yang terbit di kota Malang saat itu honor tulisan pertamsaya
juga lumayan 10 ribu potong pajak menjadi Rp.8.500,-. Ada kebanggan tersendiri
sebagai mahasiswa berhasil menulis di media kampus dan media lokal.
Satu
kenangan manis juga masih saya ingat sampai sekarang. Hal itu terjadi saat ada seminar yang mengundang nara
sumber wartawan senior dari Jawa Pos Dahlan Iskan di kampus.
Sebagai peserta seminar saya mencatat
semua materi dengan sungguh-sungguh ,
dan malamnya langsung saya tulis reportase. Paginya dengan PD nya saya serahkan
kepada Pimpinan Redaksi “Komunikasi” Muhajir Effendi ( mantan Mendikbud era Presiden Jokowi, saat itu sebagai
salah satu dosen saya) di kantor redaksi. Saya mengetuk ruangannya dan
permisi, setelah dipersilakan saya menyerahkan
amplop berisi naskah reportaseku. “ Pak, mohon maaf saya mengirimkan naskah
reportase seminar kemarin apa bisa.?” .”Silakan di teruh saja disini!” jawabnya
singkat. “Tapi saya bukan reporter pak “. “ Nanti kita lihat dulu.”
Surprise,…
dalam beberapa hari kemudian Koran ‘Komunikasi” terbit, dan tulisanku termasuk
terpampang dengan megahnya diantara tulisan
reporter resmi kampus. “Alhamdulillah” itu tulisan saya terpanjang dan
terlengkap meliput sebuah acara di kampus, dan tulisannya tidak beda jauh
dengan reporter resminya.
Lulus
IKIP Malang tahun 1988 akhir saya disibukkan dengan mencari pekerjaan dan
praktis kegiatan menulisku “vakum”.
Praktis sampai 1990 saya berhenti menulis. Mendaftar kerja diterima sebagai
Sarjana Pengerak di Pedesaaan (SP 3 ) proyek Depdikbud dan diterima di Mataram
NTB, bersama 25 pelamar lainnya. Pada
saat itu di Mataram baru muncul penerbitan Koran “Suara
Nusa.” Minat menulis bangkit kembali,
dan selama bertugas di NTB 1990 – 1992 saya berhasil menulis artikel di “Suara
Nusa” Mataram sebanyak 4 kali. Hanya sayang kondisi surat kabar saat itu tidak
sebaik di Jawa, Koran di daerah tidak memberikan honor insentif bagi penulis
artikel lepas sepertiku ini. Karena
tulisannya sering diisini kontributor diambil dari koran induknya.
Tahun
1992 akhir saya pindah ke Papua tepatnya di kota Mimika, dekat kota Tembagapura.
Karena mempunyai ijazah SPG , saya pun menjadi guru PNS SD disana sampai 17 tahun disana sebelum akhirnya kembali kekota
asal Blitar di tahun 2010.Bersamaan dengan berkembanganya pembangunan
infrastruktur disana muncullah penerbitan koran lokal “ Timika
Pos” di Timika. Saya pun
mencoba mengirim tulisan disana. Alhamdulillah ada sekitar 5 artikelku termuat di
koran tersebut. Beberapa tahun kemudian muncul penerbitan koran lainnya kalau tidak salah “Suara Timika”. Namun kedua
penerbitan koran itu pun tidak bisa memberikan “honor” berupa uang seperti di
Jawa. Kesimpulanku Koran di daerah belum bisa menjanjikan layaknya di Jawa
semasa mahasiswa dulu. Sungguh hal yang sangat memprihatinkan di tahun 2000 an.
Alhamdulillah
saya merasakan menapaki puncak prestasiku tatkala memenangi lomba menulis guru
se Kabupaten Mimika yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Perusahaan
PT Freeport Indonesia tahun 2001. Saya berhasil menjadi pemenang 2 menuliskan pembelajaran IPA di sekolahku
SD Inpres Timika IX. Hadiahnya fantasis saat itu, yaitu tabungan senilai 3 juta
rupiah plus wisata Tambang mengunjungi Tambang Grassberg. Setelah itu tidak ada
kegiatan penting lainnya dalam dunia kepenulisanku, karena detik selanjutnya saya
menjalaninya sebagai guru di tengah belantara Papua. Sekolah yang kanan kirinya
beberapa rumah penduduk, namun kampungnya di tengah hutan Belantara. Minat
menulisku kusimpan rapi dalam jiwa ini.
Di tahun 2020 naluri kepenulisanku
bangkit kembali, setelah berkenalan dengan website “Gurusiana” yang menyediakan
web gratis bagi guru seluruh Indonesia untuk menulis disana. Di web itu saya sudah menulis lebih dari 200 artikel
berbagai jenis, dari artikel, puisi, pentigraf, kolom. Disana pula saya
berkenalan dengan beberapa guru dan berhasil membuat beberapa buku bersama
Antologi.
Pengalaman
menulis di blog sebenarnya sudah sejak di Timika 2010
silam namun karena akses internet sulit saat itu, blognya tenggelam lagi. Saya
membuat blog lagi di tahun 2017, ”hariyanto.2017.blogspot.com”
setelah timbul tenggelam saya
berusaha hidupkan
seiring tantangan lomba blog Oktober
2020 oleh Om Jay.
Dunia kepenulisannya dalam blog kembali berkembang
setelah berkenalan dengan Om Jay, yaitu seorang guru, motivator, blogger
nasional terkenal. Beliau juga seorang pengurus PGRI mengundang guru untuk
mengikuti seminar virtual dengan tema “ Seminar Nasional Guru Blogger PGRI,
Membuat PJJ tidak lagi Membosankan.” Itu terjadi di bulan pada 28 Oktober 2020
yang diselenggarakan oleh PGRI bersama Om Jay, Penerbit Andi, IG TIK PGRI.
Disana om Jay mengumumkan adanya lomba Blog dalam rangka bulan Bahasa. Saya pun
dengan modal pas-pasan ikut serta lomba blog nasional tersebut, walau pun
deadlinenya malam itu juga karena baru mengetahui pengumumannya.
Walau pun tidak menjadi pemenang,
setidaknya memperoleh sahabat blogger berpengalaman dari seluruh
Indonesia.
Blog yang lama di tahun 2017 saya aktifkan kembali saat itu, dan langsung ikut
lomba untuk pertama kalinya. Hasilnya luar biasa. Dari kegiatan itu
terhimpunlah pesertanya terdiri dari para guru dari berbagai tingkatan dan
pengalaman. Sementara yang sudah berpengalaman selalu siap berbagi membentuk wadah dalam
dalam WAG “ Legerunal” akronim dari Cakarawala Blogger Guru
Nasional. Dari sana kegiatan menulis blog jadi lebih terjaga, karena sesama anggota saling menyemangati
dan berlatih rutin dengan jadwal tertentu.
Om Jay yang terkenal dengan salah
satu judul bukunya “ Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi,” telah membagikan bukunya
dalam bentuk digital di blognya. Bukunya sangat bagus, sangat menginspiratif.
Beliau betul-betul sangat memperhatikan para guru untuk selalu menulis. Melalui
perkenalan setelah mengikuti lomba blog itu, saya pun dimasukkan oleh beliau dalam
sebuah grup belajar menulis on line melalui WA “ Belajar Menulis Bersama Om
Jay.” Kegiatan itu masih saya ikuti sampai sekarang dan sangat menginspiratif. Kegiatan itu
terus menampilkan nara sumber pilihan yaitu guru-guru penulis dan berprestasi.
Mereka berbagi dengan ikhlas dan kita anggota grup meresume kegiatan tersebut.
Hasil dari resume tersebut dituliskan dalam blog masing-masing, dan terakhir
setelah 20 resume dijadikan sebuah buku. Sudah puluhan buku lahir dari kegiatan
tersebut. Saya pun berharap bisa
berhasil pada satu saat nanti.
Saat
ini beliau mengembangkan program Belajar Berbicara secara online lewat WA. Program yang sangat bagus
ini masih berlangsung sampai saat ini. Program ini
sudah disusun jadwalnya dengan bagus dengan narasumber pilihan. Program gratis
yang bisa diikuti oleh semua guru di seluruh Indonesia ini benar-benar bisa
membuat guru lebih berdaya. Kegiatan yang diikuti oleh para guru ini diikuti oleh
guru luar biasa. Banyak diantara mereka pegiat literasi di daerahnya, di
sekolahnya bahkan secara Nasional. Mengikuti kegiatan Om Jay jiwa kita serasa
dilecut untuk selalu maju, baik dalam bidang menulis, maupun berbicara,
termasuk bidang literasi.
Dari grup WA “Legerunal” kami bisa
berhimpun untuk selalu meningkatkan ketrampilan menulis. Dari kegiatan ini juga
terlahir banyak buku Antologi misalnya bersama Ibu Kanjeng, Ibu Rita, Ibu saya
telah ikut 3 buku Antologi. Saya bersyukur bertemu dengan sahabat guru di
seluruh Indonesia, yang semuanya giat berliterasi. Niat saya menulis saat ini
agar bisa memberikan manfaat bagi banyak orang, terutama bisa menjadi contoh
teladan bagi siswa agar rajin membaca lalu menulis.
Semoga kegiatan seperti ini memberikan
inspirasi baik untuk para guru dan
pembaca lainnya. Semoga, Aamiin.
Blitar, 3 Februari 2021
Oleh : Hariyanto
NPA. 13170200445
Tidak ada komentar:
Posting Komentar