Reaksi dalam negeri dengan adanya hasil
survey tentang literasi tersebut telah merubah arah baru dalam bidang
pendidikan. Peraturan Mendikbud tentang Budi Pekerti tahun 2015 menyantumkan
adanya Gerakan Membaca Buku selama 15 menit sebelum pembelajaran.
Satu tahun kemudian tahun 2016
dicanangkan adanya GLN (Gerakan Literasi Nasional) yang dipersiapkan untuk
menggerakkan literasi di dalam negeri dengan 3 jalur yaitu GLS (Gerakan
Literasi Sekolah) , Literasi Keluarga
dan Literasi Masyarakat.
Walau pun serasa lambat jalannya, namun
kegiatan guru-guru dalam belajar dan berliterasi akhir-akhir ini menujukkan
gejala yang sangat bagus. Banyak guru yang sudah memiliki Blog, dan menulis
buku. Selebihnya giat menggerakkan siswanya membaca dan menulis, secara terus
menerus.
Kemendikbud cukup jeli membaca arah
zaman, antara lain mendasar pada hasil-hasil survey Internasional. Dengan
keterbelakangan literasi dalam minat baca dan Literasi Bahasa dan Matematika,
maka arah kurikulum pun semakin tajam. Program-program mengarah langsung pada
literasi. Sebut saja program AKM (Assement Kompetensi Minimum) yang menghujam
pada Literasi Baca Tulis dan Numerasi. Termasuk adanya survey karakter untuk
memantau keterlaksanaan penanaman Budi Pekerti di Sekolah.
Kemendikbud juga bergerak cepat dengan
menghadirkan berbagai program untuk guru, seperti Guru Belajar, Guru Penggerak,
Guru Berbagi. Berbagai kemudahan mengakses ilmu bagi guru dan kemudahan saling
berkolaborasi untuk membentuk karakter yang diperlukan di abad 21 dikemas
dengan sangat baik. Semua kembali kepada Guru Pebelajar, yang semestinya
Belajar Sepanjang Hayat. Penuh semangat, penuh karya, penuh inovasi dan selalu
berbagi terutama untuk sesama dan kemajuan siswanya.
Hasil Survey luar negeri menujukkan “kegentingan”
atau kedaruratan Literasi. Sudah seharusnya semua bergerak semangat sebagai
reaksi terhadap masalah ini. Semua itu harus disadari oleh seluruh guru dan
pegiat literasi lainnya. Galakkan membaca di kalangan siswa , keluarga dan
masyarakat. Bangkitkan minat membaca dengan semangat tinggi. Hubungkan semua
kegiatan dengan kegiatan menulis, Maka membaca akan menemukan pasangannya yang
serasi dalam berbagi bentuk dan dimensi. Karena menulis sebenarnya memiliki
dimensi luas sebagai ajang dari ekspresi diri. Produk tulisannya menjadi
warisan abadi dari satu sisi kebudayaan.
Zaman telah berubah, kini fasilitas
tehnologi begitu memanjakan manusia. Ingin membaca saat ini tidak ada alasan
lagi tidak mempunyai buku. Ribuan bahkan jutaan judul buku menarik dalam bentuk
digital dalam berbagai genre tersedia dalam kota kecil Android. Silakan
berkunjung ke Perpusnas dan download aplikasinya maka segala macam bacaan siap
dibaca dimana pun berada. Tinggal asses internet yang diperlukan, dan
terpenting kemauan membaca dari manusianya.
Membacalah dan lalu menulislah. Begitulah tak henti-hemtimya Om Jay memberikan semangat keteladanan seperti
dalam salah satu tulisannya
“Tulisan ini saya buat sebagai bahan renungan dan refleksi buat saya, agar
melakukan koreksi diri dan terus memperbaiki diri setiap hari. Pesan
saya, membaca dan menulislah setiap hari lalu buktikan apa yang terjadi.”
Lalu lanjutnya :
“Akhirnya membaca adalah makananku dan menulis adalah minumanku. Setelah
mengikuti kegiatan, biasanya saya menuliskannya. Ikatlah ilmu dengan cara
menuliskannya. Itulah pesan Khalifah Ali Bin Abi Thalib yang saya baca dari
berbagai sumber.
Tulisan ini saya buat sebagai bahan renungan dan refleksi buat saya, agar
melakukan koreksi diri dan terus memperbaiki diri setiap hari. Pesan
saya, membaca dan menulislah setiap hari lalu buktikan apa yang terjadi.”
Percayalah hal itu. Karena Om Jay telah membuktikannya. SALAM LITERASI.
Blitar, 28 Februari 2021
Alhamdulillah sudah menulis ke 28 harinya
Hariyanto _ Blitar
NPA PGRI 13170200445
Semoga kita selalu istiqimah, membaca dan membaca postingan teman2 kemudian menulis..
BalasHapusMembangun literasi sekolah hrs konsisten agr terlihat hslnya ya pak..semangaat terus pak haryanto
BalasHapusKonsisten memang berat tapi harus selalu diupayakan, saya pribadi sering kesulitan menghadapinya. Bersyukur gabung di komunitas jadi seperti ada yang memaksa terus.
BalasHapuspermasalahan hampir kebanyakan siswa dan guru adalah kurangnya semangat literasi. Bergabung di komunitas adalah salah satu cara agar semangat menulis dan membaca.
BalasHapusSemoga semangat literasi semakin membara.
BalasHapusSemoga literasi tetap menggeliat meskipun sedang pandemi.
BalasHapusTerus memberikan inspirasi lewat literasi. Semangat.
BalasHapusKeren... Master Hari, tulisannya memang betul dg literasi kita banyak pengalaman dan info yg terupdet
BalasHapus