Arti
Pahlawan dalam KBBI adalah orang yang menonjol
karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang
gagah berani. Dalam konteks itu masih terasa pahlawan secara umum. Jika
berpikir di masa perjuangan kemerdekaan dulu, tentunya mereka yang berjuang
mengangkat senjata, guna mempertahankan bangsa. Berperang melawan penjajah
negri ini dengan sekuat tenaga, dalam hal ini juga yang berjuang lewat
diplomatik, dengan pena, dengan organisasi dsb.
Jika dihubungkan
dengan pahlawan kekinian, konteksnya menjadi meluas, yaitu mereka siapa saja
yang berjuang dengan sungguh-sungguh dalam segala bidang, untuk bangsa dan
negaranya. Dia memperjuangkan
sesuatu untuk perubahan ke arah yang positif. Pahlawan membawa pengaruh bagi
perubahan hidup banyak orang. Pengaruh itu tentu saja adalah pengaruh yang
positif sehingga mampu diteladani orang lain.
Berbicara mengenai pahlawan literasi, maka dalam beberapa artikel
media digital, antara lain disebutkan
(1) Ridwan Sururi, yang
terkenal dengan kuda pustakanya, si kuda pustaka dari kaki gunung slamet. Kita
patut bangga pada sosok Ridwan Sururi Bersama kuda kesayangannya yang bernama
Luna. Ridwan dengan ciri khas menggunakan topi lebar ala seorang koboi, pria
berusia 43 tahun ini menyusuri jalanan terjal di lereng gunung selamet, dengan
membawa kuda, yang tumpangi boks/kotak tempat buku-buku disimpan untuk di
bagikan pada para pembacanya.
(2) Mbah Topo, dengan nama lengkap
Fransiskus Xaverius Sutopo, di usia yang ke 70 tahun. Yang terkenal dengan
becak Pustaka. Mbah Topo, walau usia tua, tetapi berjiwa muda, dia seorang
penarik becak yang ada di jogyakarta, yang telah mengubah becaknya menjadi
"wadah untuk menampung pengetahuan", dengan puluhan buku-buku yang
disusun di becaknya, yang dipilah dan pilih untuk menyirami pengetahuan
masyarakat/warga yang tak berkesempatan untuk membeli buku atau membaca
di perpustakaan.
(3) Muhammad Fauzi, seorang pejuang
literasi dari Sidoarjo, Jawa Timur, yang terkenal dengan menjajakan jamu
pake speda motor. Cara Fauzi, ini cukup unik selain membawa
botol-botol jamu, dia membawa buku-buku pengetahuan, untuk dilayankan
pada warga yang miskin informasi, supaya terbuka wawasan pengetahuannya. Para
pembaca yang menggunakan buku-buku yang dibawa fauzi, ini adalah kaum buruh di
daerah Sidoarjo, Jawa Timur.
(4) Sutiono
Hadi, seorang pejuang literasi dari Jakarta, yang menyulap bemonya,
menjadi bemo pustaka, dengan bemonya dia membawa buku-buku, buku cerpen, buku
cerita bergambar dan buku lainnya buat bacaan anak-anak.
Menurut Alberta Literasi adalah
kemampuan untuk menulis, membaca, dan memperkaya pengetahuan dengan
mengedepankan pemecahan masalah secara efektif. Kemampuan ini diharapkan dapat
dikomunikasikan dengan cara yang efisien guna berkontribusi dalam hidup
masyarakat luas.
Saat ini
jika menyebutkan Pahlawan Literasi tentu tidak lepas dari kiprah seseorang
dalam bidang ini. Sedikitnya ada 6 jenis literasi ; literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital,
literasi budaya dan kewargaan. Siapa
pun yang berkiprah untuk kemajuan bangsanya dalam bidang-bidang tersebut
tentunya siap disebut sebagai pahlawan. Terlepas pahlawan resmi yang diberikan
gelar oleh pemerintah maupun tanpa gelar.
Siapa saja mereka ?
Setidaknya guru penulis, yang mempunyai karya buku dan mampu menggerakkan
komunitasnya, termasuk menggerakkan siswanya untuk rajin membaca dan menulis.
Mereka yang mampu memanfaatkan tehnologi bersama masyarakatnya untuk
meningkatkan ketrampilan dalam banyak hal termasuk finansial. Mereka yang
senantiasa bergerak penuh semangat berliterasi bersama banyak pihak.
Selanjutnya siapa lagi ? Tentu saja Pegiat Literasi di seluruh penjuru
tanah air ini, yang menyadari pentingnya baca tulis untuk kemajuan pribadi dan
bangsanya. Contoh pada tahun 2019 lalu Syarifudin Yunus, Penggagas GEBERBURA sekaligus pegiat
literasi TBM Lentera Pustaka.
Seorang dosen saat itu yang rela datang seminggu sekali ke daerah Kaki
Gunung Salak dari Jakarta untuk membimbing tradisi baca 65 anak di TBM Lentera
Pustaka, yang saat itu rata-rata sudah membaca 5 – 10 buku per minggu. Menurut
beliau budaya literasi bukan sekedar tradisi membaca dan menulis , tetapi juga
soal cara “memahami dan memampukan,” diri dalam berbagai situasi zaman now.
Makanya menurut beliau untuk membangun literasi harus dari hati, punya komitmen
dan konsisten menjalaninya.”
Saat ini sudah banyak TBM ( Taman Bacaan Masyarakat) di berbagai
daerah, Banyak komunitas pegiat literasi, namun harus selalu diingatkan.
Persoalan bangsa saat ini bukan hanya pada terhambatnya literasi baca tulis.
Persoalannya meski pun banyak yang sudah mampu membaca, namun minat
membacanya sangat rendah.
Contoh beberapa pegiat Literasi di atas, bahkan juga disebutkan
penulisnya sebagai pahlawan literasi, adalah mereka yang gigih memberikan
dorongan agar bangsa ini rajin membaca. Keyakinan mereka kuat bahwa dengan
membaca pintu ilmu pengetahuan akan terbuka. Daya pikir kritis terjadi, mampu
memahami pesan dan tulisan sekaligus menghilangkan banyaknya hoax di
masyarakat. Mereka yakin bahwa kegiatan itu mampu meningkatkan minat baca.
Meski pun seperti mbah Topo pengayuh Becak usianya lebih dari 70 tahun.
Ketika situasi seperti ini terjadi pada sebagian besar siswa dan
generasi muda kita, maka akan tetap dicari Pahlawan Literasi Masa Kini. Semoga tulisan ini membangkitkan minat terhadap
persoalan ini. Semoga. Aamiin.
Oleh. Hariyanto - Blitar
NPA PGRI 12170200445 WA 089518958898
1 link
YPTD ; https://terbitkanbukugratis.id/hariyanto/02/2021/mencari-pahlawan-literasi-masa-kini/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar