Pendidikan
dalam keluarga sebenarnya menjadi topik trending saat ini mengingat adanya PJJ
yaitu pembelajaran Jarak Jauh yang semuanyanya dikerjakan dari rumah. Dampaknya
adalah peran baru orangtua menjadi
pendidik atau guru bagi putra-putrinya. Namun tidak banyak yang menyadari hal
ini. Justeru yang terjadi pada awal Pandemi Maret 2020 lalu adalah kecenderungan
orang tua menyalahkan sekolah dan gurunya. Karena tugasnya seolah-olah
dikembalikan kepada orangtua. Walau pun sebenarnya semua baik guru dan orangtua
bekerja sebaik mungkin demi kelangsungan pendidikan.
Ki Hajar
Dewantara, Bapak Pendidikan kita pernah menyampaikan “ Jadikan setiap tempat
sebagai sekolah, jadikan setiap orang sebagai guru, “ Karena itu sebenarnya
keadaan saat ini adalah kesempatan baik untuk lebih menjadikan impian keluarga
sebagai sekolah atau madrasah bagi putra=putrinya.
Tetapi
sekali lagi, problem di lapangan selalu banyak terjadi. Hal pertama tidak
banyak orangtua yang menyadari peran penting sebagai guru di rumah. Banyak
mereka yang tidak mempunyai ketrampilan mendampingi putra-putrinya, Banyak pula
yang sibuk bekerja untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka pun banyak yang tega
meninggalkan putra-putrinya di rumah tanpa pendamping.
Pendidikan
pun menjadi semakin terabaikan.
Jika
demikian terjadi, bagaimana pula
berpikir tentang literasi keluarga. Literasi baca tulis untuk keluarga yang
merupakan salah satu jalur gerakan literasi nasional kita disamping jalur
sekolah (GLS) dan jalur Masyarakat (TBM dll). Adalah hal yang sulit gerakan literasi
keluarga tidak disadari oleh para orangtua. Seolah Literasi Keluarga menjadi
terabaikan.
Mungkin
sulit menerapkan literasi keluarga di rumah masing-masing ? Bambang Heru Istiyanto, seorang Guru SD di
Jawa Tengah dalam sebuah Webinar telah melakukan 5 hal sederhana di rumahnya :
1. Mengalokasikan dana literasi
2. Menciptakan pojok baca
3. Gerakan 18.20
4. Liburan ke toko buku’
5. Pengembangan pola asuh literatif.
Jadi dengan
kesederhanaannya tetap mengalokasikan dana untuk pembelian buku atau hal lain
yang berkaitan dengan literasi anak, ada pojok baca, dan gerakan 1820 yang
dikenal tidak memainkan gawai antara jam 18.00 sampai jam 20.00. Karena putra
putrinya masih kecil maka pola pengasuhan pun masih bersifat bermain bersama.
Dee Arif,
seorang ibu pegiat pendidikan keluarga, seorang pendidikan , juga penulis
beberapa media, termasuk Relawan Keluarga tinggal di Surabaya menuliskan 7
langkah sederhana dalam Pendidikan Literasi Keluarga.
1. Pojok Buku
2. Reading time, yaitu prangtua
membacakan buku kepada putra-putrinya.
3. Keteladanan
4. Pohon literasi, daunnya diisi dengan
judul buku yang sudah dibaca
5. Story Time, saat anak menceritakan
kembali bacaannya.
6. Wisata literasi, membaca menulis
dengan mengunjungi, museum, toko buku atau cagar budaya dll
7. Teras membaca, seminggu sekali
mengadakan acara membaca buku bersama aanak tetangga di teras yang sudah
disiapkan buku bacaan.
Kegiatan
sederhana itu dapat berhasil dengan baik jika dilakukan secara terus menerus
penuh kesadaran. Untuk melakukan Pendidikan literasi keluarga, maka sebagai orangtua harus
memahami pentingnya literasi.
Literasi
secara umum harus dipahami sebagai kegiatan yang mengarah pada kemampuan dasar berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Intinya selain kemampuan membaca untuk memahami arti tersurat dan tersirat,
juga kemampuan menuangkan idenya dalam bentuk tulisan.
Kemampuan
literasi ini sangat penting. Banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari
kemampuan literasi.
Ø
Memperkaya kosa kata
Ø
Mengasah kinerja otak
Ø
Memperluas wawasan dan informasi
Ø
Melatih kemampuan berpikir dan analisa
Ø
Mengembangkan kemampuan verbal
Ø
Meningkatkan fokus dan konsentrasi
Ø
Meningkatkan kemampuan interpersonal
Ø
Mengasah kepekaan sosial
Dalam pedoman
Literasi Keluarga Kemendikbud disebutkan beberapa manfaat antara lain :
Ø Sebagai kunci mempelajari ilmu
pengetahuan
Ø Meningkatkan kemampuan berbahasa dan
memperkaya kosakata Meningkatkan kreativitas dan imajinasi
Ø Meningkatkan empati
Ø Meningkatkan konsentrasi dan fokus
Ø Mengurangi stres
Ø Mengembangkan minat pada hal-hal baru
Ø Sebagai hiburan
Kemampuan literasi
juga menjadi kunci kemajuan sebuah bangsa. Bangsa yang memiliki kemampuan
literasi tinggi bisa dipastikan akan memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang
unggul.
Sayangnya, kemampuan
literasi Indonesia sangat rendah. Tahun 2016 lalu, UNESECO merilis sebuah
penelitian yang berjudul "The Words Most Literate Nations". Hasil penelitiannya
sangat meprihatinkan, Indonesia menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara yang
diteliti.
Tentunya harus
segera di atasi bersama antara lain melalu jalur literasi keluarga. Pendidikan
literasi keluarga dinilai sebagai langkah tepat agar kemampuan literasi bangsa
meningkat. Kebijakan ini berdasar bahwa keluarga adalah unit sosial terkecil
dari masyarakat. Keluarga menjadi tempat pertama bagi setiap individu.
Selain beberapa cara
Pendidkan literasi keluarga seperti di atas, berikut bisa dilakukan di rumah
seperti :
Ø Membacakan buku kepada anak sejak dini
Ø Membuat jadwal membaca bersama
Ø Melakukan permainan edukatif, seperti
scrabble, teka-teki, monopoli, ABC 5 Dasar
Ø Menulis surat kepada teman atau keluarga
Ø Menuliskan kejadian-kejadian menarik yang dialami
keluarga
Ø Membuat perpustakaan keluarga dengan berbagai koleksi
bacaan: buku, majalah,koran, komik
Ø Menceritakan sejarah atau memori keluarga
Ø Tamasya baca keluarga ke perpustakaan, taman bacaan,
atau pameran buku
Ø Memberikan buku sebagai hadiah (Kemendikbud, Pedoman Literasi)
Demikian beberapa
langkah Literasi Keluarga yang sederhana dipaparkan. Beberapa pilihan sangat
bagus dilakukan sesuai dengan kondisi di rumah. Sudah saatnya pendidikan
literasi keluarga tidak dabaikan lagi.
Mari kita mulai.
Semoga bermanfaat. Aamiin.
Blitar, 20 Februari
2021
Oleh, Drs. Hariyanto
NPA PGRI 13170200445
Semangat literasi
BalasHapus
BalasHapusInformatif, Pak
Namun di lapangan memang masih berat ya Pak.
apalagi kondisi pandemi sekarang ini, memaksa banyak orang untuk lebih mendahulukan isi perut daripada memikirkan isi kepala.
Memang sulit membangkitkan minat berliterasi, salah satunya krn minat baca yg rendah
BalasHapusSemoga tetap semangat memperjuangkan literasi.
BalasHapusMantap resumenya. Semoga bisa dipraktekkan segera. Salam literasi.
BalasHapusSangat mencerhkan pak. Salam literasi.
BalasHapus