Sabtu, 20 Februari 2021

Literasi Keluarga yang Terabaikan ?




Pendidikan dalam keluarga sebenarnya menjadi topik trending saat ini mengingat adanya PJJ yaitu pembelajaran Jarak Jauh yang semuanyanya dikerjakan dari rumah. Dampaknya adalah peran baru  orangtua menjadi pendidik atau guru bagi putra-putrinya. Namun tidak banyak yang menyadari hal ini. Justeru yang terjadi pada awal Pandemi Maret 2020 lalu adalah kecenderungan orang tua menyalahkan sekolah dan gurunya. Karena tugasnya seolah-olah dikembalikan kepada orangtua. Walau pun sebenarnya semua baik guru dan orangtua bekerja sebaik mungkin demi kelangsungan pendidikan.

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan kita pernah menyampaikan “ Jadikan setiap tempat sebagai sekolah, jadikan setiap orang sebagai guru, “ Karena itu sebenarnya keadaan saat ini adalah kesempatan baik untuk lebih menjadikan impian keluarga sebagai sekolah atau madrasah bagi putra=putrinya.

Tetapi sekali lagi, problem di lapangan selalu banyak terjadi. Hal pertama tidak banyak orangtua yang menyadari peran penting sebagai guru di rumah. Banyak mereka yang tidak mempunyai ketrampilan mendampingi putra-putrinya, Banyak pula yang sibuk bekerja untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka pun banyak yang tega meninggalkan putra-putrinya di rumah tanpa pendamping.

Pendidikan pun menjadi semakin terabaikan.

Jika demikian terjadi, bagaimana  pula berpikir tentang literasi keluarga. Literasi baca tulis untuk keluarga yang merupakan salah satu jalur gerakan literasi nasional kita disamping jalur sekolah (GLS) dan jalur Masyarakat (TBM dll). Adalah hal yang sulit gerakan literasi keluarga tidak disadari oleh para orangtua. Seolah Literasi Keluarga menjadi terabaikan.

Mungkin sulit menerapkan literasi keluarga di rumah masing-masing ?  Bambang Heru Istiyanto, seorang Guru SD di Jawa Tengah dalam sebuah Webinar telah melakukan 5 hal sederhana di rumahnya :

1.     Mengalokasikan dana literasi

2.     Menciptakan pojok baca

3.     Gerakan 18.20

4.     Liburan ke toko buku’

5.     Pengembangan pola asuh literatif.

Jadi dengan kesederhanaannya tetap mengalokasikan dana untuk pembelian buku atau hal lain yang berkaitan dengan literasi anak, ada pojok baca, dan gerakan 1820 yang dikenal tidak memainkan gawai antara jam 18.00 sampai jam 20.00. Karena putra putrinya masih kecil maka pola pengasuhan pun masih bersifat bermain bersama.

Dee Arif, seorang ibu pegiat pendidikan keluarga, seorang pendidikan , juga penulis beberapa media, termasuk Relawan Keluarga tinggal di Surabaya menuliskan 7 langkah sederhana dalam Pendidikan Literasi Keluarga.

1.     Pojok Buku

2.     Reading time, yaitu prangtua membacakan buku kepada putra-putrinya.

3.     Keteladanan

4.     Pohon literasi, daunnya diisi dengan judul buku yang sudah dibaca

5.     Story Time, saat anak menceritakan kembali bacaannya.

6.     Wisata literasi, membaca menulis dengan mengunjungi, museum, toko buku atau cagar budaya dll

7.     Teras membaca, seminggu sekali mengadakan acara membaca buku bersama aanak tetangga di teras yang sudah disiapkan buku bacaan.

Kegiatan sederhana itu dapat berhasil dengan baik jika dilakukan secara terus menerus penuh kesadaran. Untuk melakukan Pendidikan  literasi keluarga, maka sebagai orangtua harus memahami pentingnya literasi.

Literasi secara umum harus dipahami sebagai kegiatan yang mengarah pada kemampuan dasar berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Intinya selain kemampuan membaca untuk memahami arti tersurat dan tersirat, juga kemampuan menuangkan idenya dalam bentuk tulisan.

Kemampuan literasi ini sangat penting. Banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari kemampuan literasi. 

Ø  Memperkaya kosa kata

Ø  Mengasah kinerja otak

Ø  Memperluas wawasan dan informasi

Ø  Melatih kemampuan berpikir dan analisa

Ø  Mengembangkan kemampuan verbal 

Ø  Meningkatkan fokus dan konsentrasi

Ø  Meningkatkan kemampuan interpersonal

Ø  Mengasah kepekaan sosial

Dalam pedoman Literasi Keluarga Kemendikbud disebutkan beberapa manfaat antara lain :

Ø Sebagai kunci mempelajari ilmu pengetahuan

Ø Meningkatkan kemampuan berbahasa dan memperkaya kosakata  Meningkatkan kreativitas dan imajinasi  

Ø Meningkatkan empati  

Ø Meningkatkan konsentrasi dan fokus  

Ø Mengurangi stres  

Ø Mengembangkan minat pada hal-hal baru  

Ø Sebagai hiburan

Kemampuan literasi juga menjadi kunci kemajuan sebuah bangsa. Bangsa yang memiliki kemampuan literasi tinggi bisa dipastikan akan memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul. 

 

Sayangnya, kemampuan literasi Indonesia sangat rendah. Tahun 2016 lalu, UNESECO merilis sebuah penelitian yang berjudul "The Words Most Literate Nations". Hasil penelitiannya sangat meprihatinkan, Indonesia menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara yang diteliti. 

Tentunya harus segera di atasi bersama antara lain melalu jalur literasi keluarga. Pendidikan literasi keluarga dinilai sebagai langkah tepat agar kemampuan literasi bangsa meningkat. Kebijakan ini berdasar bahwa keluarga adalah unit sosial terkecil dari masyarakat. Keluarga menjadi tempat pertama bagi setiap individu. 

 

Selain beberapa cara Pendidkan literasi keluarga seperti di atas, berikut bisa dilakukan di rumah seperti :  

Ø Membacakan buku kepada anak sejak dini

Ø Membuat jadwal membaca bersama  

Ø Melakukan permainan edukatif, seperti scrabble, teka-teki, monopoli, ABC 5 Dasar

Ø Menulis surat kepada teman atau keluarga  

Ø Menuliskan kejadian-kejadian menarik yang dialami keluarga  

Ø Membuat perpustakaan keluarga dengan berbagai koleksi bacaan: buku, majalah,koran, komik  

Ø Menceritakan sejarah atau memori keluarga  

Ø Tamasya baca keluarga ke perpustakaan, taman bacaan, atau pameran buku  

Ø Memberikan buku sebagai hadiah (Kemendikbud, Pedoman Literasi)

Demikian beberapa langkah Literasi Keluarga yang sederhana dipaparkan. Beberapa pilihan sangat bagus dilakukan sesuai dengan kondisi di rumah. Sudah saatnya pendidikan literasi keluarga tidak dabaikan lagi.

Mari kita mulai. Semoga bermanfaat. Aamiin.

 

 

Blitar, 20 Februari 2021

 

Oleh, Drs. Hariyanto

NPA PGRI 13170200445 

6 komentar:



  1. Informatif, Pak
    Namun di lapangan memang masih berat ya Pak.
    apalagi kondisi pandemi sekarang ini, memaksa banyak orang untuk lebih mendahulukan isi perut daripada memikirkan isi kepala.


    BalasHapus
  2. Memang sulit membangkitkan minat berliterasi, salah satunya krn minat baca yg rendah

    BalasHapus
  3. Semoga tetap semangat memperjuangkan literasi.

    BalasHapus
  4. Mantap resumenya. Semoga bisa dipraktekkan segera. Salam literasi.

    BalasHapus
  5. Sangat mencerhkan pak. Salam literasi.

    BalasHapus