Minggu, 14 Februari 2021

Kiprah Guru Berliterasi di Sekolah

 


Untuk menggairahkan kembali semangat berliterasi, berikut saya mencoba menuliskan “praktek baik” Guru dalam Gerakan Literasi Sekolah di beberapa sekolahnya. Setidaknya dengan keberhasilannya walaupun skala sekolah harapannya ada langkah-langkah yang bisa diterapkan di sekolah masing-masing. Terlebih lagi untuk praktek GLS di masa sulit menghadapi Pandemi Covid 19 ini.

            Seperti biasa GLS ini diterapkan di Indonesia sejak tahun 2016, dengan dasar Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Budi Pekerti yang sekaligus mengatur pelaksanaan literasi sekolah dengan membaca buku selama 15 menit sebelum pembelajaran. Prakteknya tidak mudah, karena disamping persoalan medan, kurangnya buku, juga SDM yang  cenderung belum memberikan contoh baik dalam berliterasi.

 GLS didasari oleh persoalan bangsa kita ketika ditemukan fakta data  evaluasi Programme for International Student Assesment (PISA tahun 2012) menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik Indonesia dalam membaca, matematika, dan sains masih tertinggal dari negara lain. Survei ini mengevaluasikemampuan membaca peserta didik Indonesia yang berusia 15 tahun, dan menemukan bahwa kemampuan membaca mereka menempati urutan ke-60 dari 64 negara yang berpartisipasi dalam PISA. Kemampuan matematika peserta didik Indonesia berada di urutan 64 dari 65 negara, sedangkan dalam bidang sains, mereka menempati urutan 64   dari 65 negara. Selain itu, hasil tes Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011 yang mengevaluasi kemampuan membaca peserta didik kelas IV menempatkan Indonesia pada posisi ke-42 dari 45 negara peserta dengan skor 428, di bawah nilai rata-rata 500. Data ini selaras dengan temuan UNESCO terkait kebiasaan membaca masyarakat Indonesia, bahwa hanya 1 dari 1.000 orang masyarakat Indonesia yang membaca.

Pada akhirnya pemerintah mengeluarkan  strategi khusus agar program di sekolah dapat ditindaklanjuti atau diintegrasikan dengan kegiatan di keluarga dan masyarakat. Hal ini untuk memastikan keberlanjutan intervensi kegiatan literasi sekolah agar dampaknya dapat dirasakan di masyarakat. Singkatnya program GLS akan berhasil jika ada sinergi dan dukungan dari masyarakat dan keluarga. Sehingga langkah lanjutannya adanya TBM : Taman Bacaan Masyarakat, dan Literasi Keluarga.

Di bawah ini ada beberapa contoh GLS yang telah dilakukan oleh guru-guru yang kreatif. Praktek baik ini selain saya dapatkan dari kenalan sesama guru juga dari kegiatan webinar beberapa waktu lalu.

Pertama, dari sekolah Dasar ada Ibu Rince Wiki Utami dari SDIT Darul Maza Jatiasih di Bekasi Jawa  Barat. Beliau adalah seorang Kepala Sekolah yang karyanya masuk nominasi 20 besar Nasional tahun 2020 kemarin . Beliau berhasil menggerakkan Literasi Sekolah di SD diawali di tahun 2017  dengan membuat pojok baca, baca lima belas menit, pohon geulis, kartu baca, jurnal harian, berbagai teknik review, sagu sabu (satu minggu satu buku),baca kitab, baca simak, baca nyaring, baca senyap, storytelling, read dan maraton membaca buku secara senyap dalam waktu 42 menit (redaton) dan reading record. 

Beberapa aneka lomba terkait literasi seperti membuat dan membaca puisi, membuat pantun, pupuh sunda dan lain-lain di dalam sekolah kerap dilaksanakan sebagai sarana aktualisasi dan motivasi siswa.

Program “RAMPES wujudkan Gerobak Cerdas dalam GLiterS” mulai saya gulirkan sejak tahun 2019 dalam acara bulan Bahasa sekaligus memperingati hari pahlawan. Melalui strategi RAMPES yang merupakan akronim dari kata Rencana, Aksi, Monitoring, Publikasi, Evaluasi, dan Swot analisis menjadi pendekatan untuk mewujudkan Gerakan Olah Buku Anak Ceria dan berprestasi (Gerobak Cerdas) dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLiterS). 

Program Gerobak Cerdasnya tetap berlangsung sampai sekarang dengan capaian prestasi antara lain, tahun 2020 berupa buku yang sudah diterbitkan dan mengisi toko buku Gramedia dengan judul buku “Putri Hanifah Penyelamat Lingkungan” ditulis oleh Ananda Thahira kelas 3, dan “Si Kum Kum” ditulis Ananda Arkan Andalusia kelas 6. Program “Gerobak Cerdas” yang sedang dilaksanakan dan terus berlanjut berupa nulis bareng (nubar) yang diikuti siswa yang berminat serta sekolah menjadi duta literasi dengan mengikuti berbagai tantangan dalam “Gareulis Jabar”. Belakangan ada program menulis bareng bersama beberapa orangtua siswa. Semua warga sekolah terlibat, semua mempunyai tantangan, bauk guru, siswa , KS maupun orangtua dalam misalnya membuat buku antologi maupun best practice.

Kedua, Bapak Bambang Purwanto, seorang guru SMP TarunaBakti di Bandung yang dikenal dengan nama Mr. Bams. Beliau juga dikenal  sebagai seorang guru TIK, pegiat literasi, pendongeng, blogger, support IT Kelas Online dan aktifis masyarakat. Karena perjuangannya merintis TBM sejak 2011 dengan nama Lebak wangi juga sukses. Kali ini perjuangannya sebagai Ketua Tim GLS di sekolahnya juga sukses.

Untuk sukses dalam GLS di sekolah, sebenarnya tidak ada langkah khusus, selain menjalankan program Kepala Sekolah sejak tahun 2015. Program itu adalah program seperti digariskan dalam Permendikbud saat itu GLS, gerakan membaca buku 15 menit sebelum pembelajaran. Program ini terus dilaksanakan sampai saat ini dan mendapatkan respon positip dari seluruh siswa, yang jumlahnya 600 lebih.dari  24 kelas.

 

Ke 24 kelas itu benar-benar terkontrol kegiatan literasinya setiap hari, dan laporan hasilnya juga setiap hari dapat dilihat di blog literasi sekolah. Bagaimana cara menilai program literasi siswa dan memberikan pointnya. Dengan bermodalkan program di excel dan mengelola website literasi sekolah semua dapat berjalan lancar.

Untuk menilai program literasi sekolah dan siswanya beliau juga sudah membagikannya dalam youtube berikut : https://youtu.be/V7iQ--vRMxE

 

Apa saja program literasi di sekolahnya ?

Program Literasi di sekolah untuk mingguan

1. Senin Membaca Kitab Suci (SMKS)

2. Selasa-Kamis : membaca buku non pelajaran

3. Jumat Ayo Menulis (JAM)

Tehnik di lapangan siswa mengisi form setelah menyelesaikan tugas literasinya.

Dalam perkembangannya juga ada acara Bincang Literasi, Acara Obrolan Santai yang ditayangkan di Youtube setiap Selasa dan Jumat.

 

Dalam acara tertentu juga siswa disuruh menuliskan kalimat bahagia, yang berisi kalimat positip menulis dengan kata-kata sendiri.

Awalnya memang dipaksa. Beliau diawal selalu datang ke 24 kelas menanyakan siapa yang tadi pagi di Jam Literasi membaca. Lalu beliau tulis manual, dan direkap lalu diinfokan di grup WA dan dilaporkan kepada Kepala Sekolah. Sebuah program di sekolah akan berhasil apabila dilakukan terus menerus dan adanya monitoring. Beliau punya data setiap harinya kelas ini yang baca berapa orang ? Nama yang baca buku siapa saja. Sehingga Wali kelas bisa mengingatkan bagi siswa yang belum membaca. Setiap akhir semester kami berikan sertifikat untuk Jura 1,2 dan 3.

 

Ketiga,  Ibu Fransisca Setyatun, guru IPS SMP Fransiskus BandarLampung yang merancang Program GLS dengan strategi Cerdas Literasi Fransita yaitu 1) Kegiatan pembiasaan seperti membaca buku tidak hanya 15 menit bisa 2 jam, 2) Membangun jati diri siswa dan guru, 3) Bersinergi dengan orangtua, 4) Jejaring dengan masyarakat, 5) Menggali dan mengembangkan talenta siswa , 6) Kreativitas dan Inovasi.

Hasil dari aksi cerdas Literasi Fransita antara lain beberpa buku diterbitkan, ada kebersamaan dengan orangtua dalam berkarya, ada Bazaar, expo dan konser serta beberapa penghargaan.

Keempat, Bapak Burhani Guru SMAN Titian Teras Jambi. Beliau berhasil menghidupkan literasi dengan berbagai kegiatan diantaranya dalam penelitian tentang lingkungan hidup. Lingkungan hidup dijadikan sumber penelitian sekaligus sumber belajar. Menerbitkan tabloid GIATT dan melibatkan siswa untuk mengisi tabloid versi online. Karenanya beliau sempat memperoleh Juara International Research di Malaysia, Juara I Lomba Grafika Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri, Menulis 5 buku solo dan beberapa buku antologi, menerbitkan beberapa artikel ilmiahnya di Jurnal Nasional.

Ada 3 prinsip dalam menggerakkan GLS nya di masa Pandemi ini yaitu, 1) Gesit dan Giatt, 2) Gerakan Meneliti, 3) Kenali Lingkungan.

Kelima, Ibu Sri Dewi Rokhimah, Guru SMP Negeri Kuta Selatan Badung Bali, yang terkenal dengan program GLS Maze Literasi, yaitu dengan membentuk satgas literasi, pelatiham , kunjungan berkala, Berbagi membaca dan menulis, Team focus. Kegiatannya lengkap meliputi Story telling, Orasi 1 menit, Pidato, Mapidarto B. Bali, Lontar, Mengarang , Debat, Poster dll.

Keenam, Bapak Martin Kepala Sekolah SMAN i Lembah Gumadi Kab., Solok Sumatera Barat. Beliau berkomitmen berliterasi dengan memajukan perpustakaan, membangun web sekolah, Duta Lierasi sekolah, dengan berbagai langkah, seperti membangun Mou dengan Waega sekolahm Akreditasi perpustakaan, Studi Tiru, ikut lomba guru dan penggunaan dan Bos untuk buku.

Demikian beberapa geliat para guru dalam memajukan Literasi Sekolahnya. Dapat ditarik benang merahnya bahwa keberhasilan mereka tidak lepas dari dukungan Kepala Sekolah dan seluruh warga sekolahnya. GLS memang tidak bisa dijalankan sendirian, membutuhkan kolaborasi kerja sama yang apik dengan berbagai pihak termasuk orangtua, dan stakeholder lainnya. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi sekolah lainnya, Aamiin.

 

Blitar, 14 Februari 2021

 

Oleh Hariyanto

NPA PGRI 13170200445

WA 089518958898

4 komentar:

  1. Keren luar biasa. Semoga program GLS bisa ditiru oleh KS dan guru yang belum menjalankan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terimakasih atas kunjungannya Pak M. Bajuri. Salam literasi

      Hapus
  2. Terima kasih pak, sekolah kami maauk tulisan Bpk, apa yg km lakukan blm apa2, semoga GLS, GLk, GLM dg TBM terus bertumbuh di bumi tercinta Indonesia, aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terimakasih Bu Rince Wiki Utami, SD dan kegiatan literasinya sangat menarik, sangat inspiratif.

      Hapus