Gerakan
Sagusabu (Satu Guru Satu Buku) pernah dicanangkan Dirjen GTK Kemendikbud
2016-2017 Bapak Sumarna Surapranata, Ph.D yang pada waktu itu
untukmemberdayakan guru dalam menulis buku. Dengan target satu Guru, satu
bulan, satu buku. Program yang diiniasi oleh salah satu penerbit Media Guru
dengan Muhammad Ihsan CEOnya, berhasil mewujudkan impian menerbitkan buku guru
sejumlah 10 ribu dalam kurun waktu 4 tahun.
Program
sagusabu adalah program cantik. Karena dengan keberhasilan seorang guru menulis
buku, disamping untuk meningkatkan profesionalitas guru juga meningkatkan
martabat seorang guru. Karena seseorang yang menulis berarti meninggalkan jejak
keabadian, jejak literasi, serta karya yang bermartabat. Guru menjadi lebih
mulia, seperti slogan GTK saat itu “Ayo Mulai Menulis, Guru Mulia Karena
Karyanya.”Buya Hamka pernah menuliskan bahwa menjadi manusia jangan hanya untuk
hidup dan untuk bergerak saja. Tapi hiasilah dengan sebuah karya misalnya buku
yang bermanfaat.
Program
Sagusabu benar-benar program yang cantik karena untuk menghargai dan
memberdayakan guru. Istilahnya sekarang, seperti gerakan Om Jay dan Kawan-kawan
“membuat guru lebih berdaya.” Kaisar Hirohita dalam kisahnya sehabis negerinya
dijatuhi bom Nagasaki dan Hirosima, bukan mencari prajurit yang masih ada,
namun mencari guru yang masih ada. Menghargai guru itulah kunci kemajuan sebuah
bangsa. Sejak dulu guru diakui sebagai orang yang dekat dengan dunia membaca dan
menulis. Orang yang bisa diajak maju. Bisa diajak untuk perubahan yang lebih
baik. Maka tidak heran, siapapun yang mempunyai program melibatkan guru dengan
tujuan untuk memberdayakan guru dan mengapresiaso guru, insyaAllah akan
sukseslah program itu.
Penerbit Media
Guru telah memelopori pelatihan untuk guru menulis dalam beberapa kelas,
seperti menulis atikel, mendongeng, mngubah PTK Thesis menjadi buku, Gerakan
menulis siswa, sampai menerbitkan majalah digital Literasi. Sampai Desember
2020 kemarin Media Guru telah mengukir jejak 10ribu Buku yang diterbitkannya.
Ini sejarah, dalam masa sulitnya menerbitkan buku justeru media guru mengaku
terus berkembang dan menngkat.
Langkah sukses memberdayakan guru
juga dipelopori oleh Bupati Grobogan Sri Ibu Sumarni yang mendapatkan
penghargaan sebagai tokoh Penggerak Literasi Nasional tahun 2019 di Balai
Pertemuan Pemprov DKI Jakarta. Penyerahan penghargaan diserahkan langsung oleh
CEO mediaguru, Mohammad Ichsan diwakili Instruktur Nasional Media Guru, Dra.
Yasmi, M.Pd. Langkah ini dilakukan berkat antara lain tangan dingin Pendidikan Kepala
Dinas Pendidikan Grobogan Amin Hidayat. Beliau mencanangkan program Gelis Ibu (Gerakan Menulis Seribu Buku)
merupakan program tindak lanjut dari program literasi sebelumnya. Yaitu program
Satu Guru Satu Buku (Sagusabu), Satu Siswa Satu Buku (Sasisabu), Satu Kepala
Satu Buku (Saka Sabu).
”Target
kami adalah bisa membuat seribu judul buku. Saat ini sudah ada 327 judul buku.
Buku ini adalah karya penulis Grobogan. Mulai dari siswa, guru, kepala sekolah
TK, SD, SMP dan SMA serta masyarakat umum di Grobogan,” kata Amin Hidayat usai
mendapatkan dukungan dari DPPKAD dan Sekda Grobogan. Langkah ini sekaligus
mengukuhkan bahwa kolaborasi yang sinergis dalam Pemerintahan Kabupaten sangat
bagus.
Apa
yang bisa kita catat disini adalah, program yang memberdayakan guru, untuk
mengangkat derajat guru dan lebih menghargai guru. Hasilnya luar biasa selain
beliau mendapatkan penghargaan sebagai pegiat literasi nasional, Bupatinya juga
memperolehnya sekaligus mengangkat Kabupaten Grobogan.
Kegiatan
ini sebenarnya sederhana. Mereka meyakini menulis adalah kegiatan mulia, dan
menjadikannya satu program dalam gerakan nyata. Jika guru sasarannya, maka akan
ada ribuan guru disetiap Kabupaten Kota. Jika satu guru satu buku maka akan
sangat mudahlah dicapainya. Ya itu karena ide nasional yang pernah ditangkap
dengan bagus dilaksanakan di daerah. SAGUSABU itulah programnya. Program Satu
Guru Satu Buku, program cantik mahkota guru. Karena Bapak H. Thamrin Dahlan
pernah menuliskan mahkota penulis adalah buku. Pas, jika seorang guru bisa
menulis buku, dipermudah. Maka guru tersebut sudah memperolah mahkotanya.
YPTD
memiliki gerakan menerbitkan buku gratis. Saat ini sedang berkolaborasi dengan
Om Jay membuat program bersama guru lomba menulis sebulan penuh dibulan
Februari yang pemenangnya akan diterbitkan buku. Saya salut akan gerakan ini. Apalagi
pesertanya adalah guru. Tujuannya memberdayakan guru, mengapresiasi guru dan
mempermudah guru utamanya dalam menerbitkan buku. Maka dengan niat seperti itu
InsyaAllah program ini akan sukses. Walau pu diulang berkali-kali, program ini
akan optimis tetap sukses.
Penerbit
Andi juga mulai sering bekerjasama dengan para guru. Bahkan bersama Profesor
Eko Indrajit menerbitkan karya guru walau ditulis dalam waktu singkat. Penerbit
lainnya juga sering mengadaakan webinar pendidikan. Langkah-langkah seperti ini
penting bagi kemajuan pendidikan dan kemajuan bangsa.
SAGUSABU
adalah sebuah program sederhana tapi “hebat” karena untuk martabat guru.
Penerbit yang berani merangkul guru untuk tujuan meningkatkan martabat guru
juga “hebat.” Semua ini berjalan dengan penuh sinergitas, ke satu tujuan
kemajuan LITERASI bangsa. Guru penopang utama, penerbit buku dan pihak lain
termasuk pemerintah pendorongnya.
SAGUSABU
salah satu kunci ajaib dunia literasi. Siapa bisa memegangnya maka akan
mulialah dia. Karena telah menemukan mahkotanya.
Blitar.
18 Februari 2021
Oleh.
Drs. Hariyanto – Blitar
WA.
089518958898
Tidak ada komentar:
Posting Komentar