Gerakan Literasi Nasional telah dicanangkan Pemerintah sejak
2016, dan dirintislah berbagai program oleh Kemndikbud untuk mendukungnya.
Sebut saja program : Gerakan Literasi Sekolah untuk merangsang minat baca di
pendidikan dasar, dan program Gerakan Sagusabu Satu Guru Satu Buku untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam hal baca tulis.
Terakhir selalu diberi catatan, bahwa keberhasilan sebuah
gerakan perlu adanya kerjasama (kolaborasi) semua pihak. Seperti ini catatannya
:
“Gerakan literasi tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab semua pemangku
kepentingan termasuk dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi sosial, pegiat
literasi, orang tua, dan masyarakat. Oleh karena itu, pelibatan publik dalam
setiap kegiatan literasi menjadi sangat penting untuk memastikan dampak positif
dari gerakan peningkatan daya saing bangsa.”
Salah satu komponen penting adanya buku
adalah penerbit. Selama ini beberapa penerbit telah mengadakan berbagai
webinar, tentang banyak topik termasuk cara menerbitkan buku. Ada juga penerbit
Media Guru yang berhasil menerbitkan ribuan buku dalam kurun 4 tahun. Sebuah
penerbitan banyak terkena imbas akibat perubahan zaman, seperti beralihnya
budaya baca ke budaya lesan dan membaca dari HP. Kasus Pandemi Covid 19 juga
memperparah keadaan. Tetapi kedua penerbit itu mengaku tidak pernah kekurangan
naskah. Media guru justeru mampu menerbitkan ribuan naskah buku. Terakhir juga
mampu menerbitkan majalah digital “Literasi.”
Mengapa sebuah penerbit bisa “hidup”
ditengah kelesuan ekonomi dan perubahan zaman. Jika kita tilik rahasianya
sebenarnya mudah ditebak. Mereka yang sukses adalah mereka yang melibatkan guru
untuk lebih berdaya. Dalam hal ini memberdayakan guru agar trampil menulis,
lalu mefasilitasi pendampingan sampai ke penerbitan bukunya. Itulah salah satu “bocoran”
Muhammad Ihsan, CEO dari Media Guru.
Media
guru telah berhasil melatih ribuan guru sekaligus membuat guru menulis lebih
dari 10 ribu buku. Ini
menjungkirbalikkan pameo bahwa guru tidak bisa menulis, ( waktu itu
menulis PTK, PTS apalagi buku ). Ini guru seluruh Indonesia. Puncaknya Media
Guru berhasil mendapat piala Monograf
dari Perpusnas sebagai penerbit terproduktif buku-buku karya para guru di tahun 2019 lalu.
Saat ini saya juga mengenal penerbit
YPTD, yang mengambil langkah menggratiskan menerbitkan buku, dan telah
melibatkan guru dalam satu event lomba menulis. Itu langkah tepat.
Bupati
Grobogan, Bupati Sri Sumarni mendapatkan penghargaan sebagai tokoh
Penggerak Literasi Nasional tahun 2019 di Balai Pertemuan Pemprov DKI Jakarta.
Penyerahan penghargaan diserahkan langsung oleh CEO mediaguru, Mohammad Ichsan
diwakili Instruktur Nasional Media Guru, Dra. Yasmi, M.Pd
Selain
Kabupaten Grobogan, penghargaan juga diberikan kepada lima tokoh yang ikut
berpartisipasi dalam pergerakan literasi di Indonesia. Yaitu Bupati
Tanah Datar, Walikota Binjai, Kakanwil Kemenag Sumbar, dan Kakanwil Kemenag
Kabupaten Bintan.
Penghargaan Literasi yang
diterima Bupati Sri Sumarni berawal dari gerakan Literasi di Kabupaten Grobogan
sejak tahun 2016 lalu. Program menjadi Kabupaten Literasi ini menjadikan
Dinas Pendidikan Grobogan melakukan inisiatif Gerakan Literasi dan aktif dalam
kegiatan literasi dengan memberikan apresiasi pada penggiat dan pelaku Gerakan
Literasi Sekolah (GLS).
”Menulis adalah bekerja untuk
keabadian. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia
akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk
keabadian,” kata Sri Sumarni mengutip kata Pramoedya Ananta Toer.
Program Gerakan Menulis Seribu
Buku (Gelis Ibu) yang digerakan Dinas Pendidikan Grobogan dalam menggelorakan
literasi. Program Gelis Ibu ditargetkan sampai akhir tahun 2020 bisa tercapai
untuk mengukuhkan Kabupaten Grobogan sebagai Kabupaten Literasi nasional.
Kepeloporan
seorang Bupati dalam program Literasi ini patut ditiru oleh Kepala Daerah
lainnya di seluruh Indonesia.
Inilah
salah satu bentuk kolaborasi semua pihak. Tantangannya berat, tapi harus terus
maju. Siapkah ? Semoga.
Blitar,
17 Februari 2021
Oleh.
Drs. Hariyanto – Blitar
Bisa di teruskan untuk menambah wawasan anak
BalasHapus