Selasa, 16 Februari 2021

Emi Sudarwati Guru Penjaga Gawang Budaya Bahasa Jawa







Melalui pesan WA beliau menganjurkan mengikuti Zoom untuk ikut webinar penting ini. Bertajuk “Pelatihan Membaca Geguritan Siswa, Guru dan Masyarakat,” pada tanggal 20 Februari 2021 nanti. Beliau adalah seorang guru Bahasa Daerah di Madiun, lulusan Unesa Surabaya. Kiprahnya dalam menjaga kebudayaan bahasa Jawa tidak diragukan lagi. Berbagai karya bukunya berbahasa jawa cukup banyak. Beberapa buku tunggal dan antologinya cukup banyak, beberapa karya bersama siswanya cukup banyak. Lengkap sudah beliau jika kita sebut salah satu guru literat. Guru yang selalu semangat mengembangkan kebiasaan membaca dan menulis. Merawat budaya bangsa.

Resolusinya di tahun 2021 ini cukup banyak danmonumental. Salah satunya adalah mau memecahkan rekor Muri dalam pelatihan tersebut. Kita doakan semoga hal itu terwujud. Aamiin.

“Total peserta 521.Target 3.500 peserta. Ayo... Ajak guru, siswa dan masyarakat untuk ikutan.  Agar kita benar-benar bisa mencapai rekor MURI.

Semangat....” Demikian ajakan itu. Sekali lagi salut dengan semangatnya.

Saya sendiri mengenal beliau dalam acara belajar menulis Om Jay beberapa bulan lalu. Beliau sebagai guru berprestasi tingkat Nasional juara 1 inobel beberapa tahun lalu, berhasil menghimpun temannya untuk menulis beberapa buku. Beliau juga pernah dinobatkan sebagai Guru Bahasa Jawa berdedikasi. Langkah saat ini pantas disebut penjaga gawang budaya bahasa Jawa.

Mengingat saat ini bahasa Jawa merupakan bahasa yang cenderung dilupakan generasi mudanya. Sementara di luar negeri banyak mahasiswa justeru mempelajari bahasa Jawa. Bahkan kuliah setara doktor pun jurusan ini ada di negeri Belanda.

Dalam hal menulis jangan diragukan lagi prestasi beliau. Ilmunya dengan seangat mudah disebarkan kesesama. Termasuk melalui TBM Kinanthinya

“Ternyata menulis dan menerbitkan buku itu mudah dan sangat murah”. Kalimat ini disampaikan Ibu Emi Sudarwati setelah bercerita singkat tentang perjalanan hidup sebagai pendidik dan penulis. Cerita ini disampaikan ibu Emi kepada ratusan guru yang mengikuti kelas online “Belajar Menulis bersama OmJay”, pada Rabu (30/09/2020) malam.

Bagi guru berprestasi asal Bojonegoro ini buku merupakan bukti sejarah. “Bagi saya, buku adalah bukti sejarah, merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini”, tandasnya.

Oleh karena itu ia mengajak, “Ayo kita tulis sejarah sendiri.  Jangan tunggu orang lain menulis tentang kita”.

Bermula dari Gemar Menulis Cerita

Alumni Jurusan Bahasa Daerah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) mulai mencintai dunia literasi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.  Awalnya suka menulis cerita.

“Sejak SMA, sekitar tahun 1990-an saya sudah mulai suka menulis cerita”, kenangnya mengawali cerita malam ini.  

Hal itu berlanjut sampai ia menjadi mahasiswa. Ia menamatkan kuliah  di kampus yang kini benama Universitas Negeri Surabaya (UNESA) ini pada tahun 1998.

Pengalaman pertama menerbitkan tulisan sangat berkesan baginya. Saking berkesannya, tidak dapat dilukisakan dengan kata-kata.

“Apalagi saat cerpen perdana dimuat dalam majalah, rasanya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata”, ungkapnya mengenang.

Sejak saat itu ia  semakin rajin menulis dan mengirim ke media.  “Lumayan, honornya bisa untuk beli buku dan kebutuhan lain”, kisahnya.

Selain menulis, saat kuliah ia  juga sudah suka berjualan baju, celana dan jam tangan.  

“Karena sejak SMP kelas 1 bapak saya sudah dipanggil Tuhan”, ungkapnya lagi.

Kegiatan dan aktivitas menulis sempat terhenti sejak menjadi abdi negara sebagai Pegawai Negeri Sipil. Ia mengawali karir sebagai penddik dengan mengajar di SMPN 1 Baureno sejak tahun 2005. Alasan  berhenti menulis karena semua kebutuhan sudah terpenuhi. 

Namun tahun 2013 semangat menulisnya bangkit kembali. Ia merasa beruntung. Pasalnya tahun itu beliau berjumpa dengan penulis-penulis hebat di Bojonegoro. 

“Akhirnya semangat menulis saya tumbuh kembali, tapi tujuan menulis bukan lagi karena uang.  Melainkan ingin sukses bersama siswa”, jelasnya.

Hasilnya tahun 2014 adalah  pertama kali ibu Emi menerbitkan buku bersama siswa.Pada tahun 2015,  beliau  ditugaskan untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional.

“Awalnya ada rasa tidak percaya diri”.

Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak henti memberikan semangat dan motivasi. 

“Akhirnya saya mengirimkan karya inovasi, meskipun dengan setengah hati”.

Ia tidak menyangka, ternyata mendapat panggilan sebagai finalis Inobelnas. 

“Bersama 102 guru dari seluruh Indonesia, saya diundang ke Jakarta untuk presentasi.  Ternyata bukan hanya presentasi, tetapi ada ujian tulis juga.  Meskipun belum mendapat juara, namun sudah cukup bangga, bisa belajar bersama guru-guru hebat dari seluruh tanah air”, terangnya.

Di samping itu,  di tahun yang sama juga mengikuti sayembara di BBJT (Balai Bahasa Jawa Timur).  Lembaga tersebut, setiap tahun mengadakan sayembara, yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.

Puji syukur, editor lebih dari 300 buku karya siswa dan guru Indonesia ini mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi.  Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan beberapa buku karya sastra siswa.  Semua itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk lebih berinovasi lagi. 

Dengan status baru ini,  beliau merasa memiliki tanggung jawab moral, agar lebih giat menularkan virus literasi di manapun juga.  Bukan hanya untuk siswa, namun juga untuk sesama guru.  Bukan hanya di Bojonegoro saja, tetapi sampai ke luar daerah.

Tahun  2016, Penggagas perpustakaan mini kelas ini ditugaskan mengikuti seleksi guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro.  Sebenarnya saat itu sudah untuk yang ke dua kalinya.  Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya dia ditugaskan lagi. 

“Ternyata tidak sia-sia.  Karena bisa menduduki juara ketiga dari tiga puluhan peserta”, ungkapnya lagi.

Pada tahun yang sama,  Pengelola TBM Kinathi ini kembali mengirimkan karya Inobel.  Kali ini bukan atas inisiatif  bapak kepala sekolah, tetapi keinginan sendiri.  Karena pengalaman tahun 2015 lalu begitu menginspirasi.  Kali ini bukan karya baru.  Namun karya lama yang  diedit, dengan tambahan sesuai  saran dari dewan juri.  Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).

 

Tidak lama seusai lomba,  mendapat panggilan untuk short Course di Negeri Belanda.  Belajar sistem pendidikan di negri kaum penjajah yang super maju itu.  Berkunjung ke dua universitas terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden.  Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik, yaitu Van Der Capellen dan lain-lain. Bukan hanya itu, semua peserta diajak berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia.

 

Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali.  Lagi-lagi, di samping belajar juga bisa berwisaya keliling kota terindah di negeri ini.  Kali ini, semua peserta mendapat materi merubah naskah inobel menjadi jurnal. 

“Tentu ini bukan hal kecil, karena naskah tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas nasional, Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA”, ujarnya.

Tahun 2017

Tidak berhenti sampai di situ.  Beberapa bulan berikutnya.  Beliau diundang untuk mengikuti workshop Literasi di Kota Batam.  Tidak ingin melewatkan kesempatan, bersama beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura.  Sehari di kota lion, ia melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura.

Bukan aji mumpung atau apa, hanya tidak ingin melewatkan kesempatan baik.  Kapan lagi seorang guru bisa jalan-jalan ke Singapura, kalau bukan memanfaatkan kesempatan baik tersebut. Kebetulan juga bertepatan dengan liburan sekolah, jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

Paska menyandang predikat juara I inobelnas, ia  belum boleh lagi mengikuti lomba yang sama.  Tentu dalam waktu yang belum bisa diprediksi.  Oleh karena  tidak ingin kesepian, mantan  juara III Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Bojonegoro ini  mengajak teman-teman alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku. 

“Saya menyebutnya dengan istilah Patungan Buku Inspiratif”, jelasnya.

Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah.  Namun dalam grup tersebut juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif,  berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.

Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya menerbitkan buku-buku patungan.  Namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).

 

Tahun 2018 Ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif.  Karena sejak tahun 2018 ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah.  Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI).  Beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai berdatangan.  Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta, dan lain-lain. 

Akhirnya ia  berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai nara sumber pada Hari Sabtu-Minggu atau Jumat sore. 

Sedang di Bojonegoro sendiri, beliau aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru (PBG).  Setiap saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan.  Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru.  Tempatnya bisa di PBG pusat atau di PBG kecamatan.

Selain di PBG, beliau juga  juga aktif di PGRI.  Yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan pelatihan Menulis buku.  Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis.  

Ia selalu mengimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke media.  menururutnya jangan berharap sekali kirim pasti tayang atau dimuat.  “Harus bersabar, terus-menerus mengirim naskah.  Lama kelamaan pasti dimuat juga”, bebernya.

Menurutnya ‘’lama kelamaan pasti dimuat” bukan karena penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman menulis itu sangat diperlukan.  Dengan terus-menerus mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula. 

“Dari proses tersebut kita belajar, belajar meminimalisir kekesalahan”, jelasnya. 

Tahun 2019 ia  mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku.  Karya ini beliau tulis  berdua dengan sang suami.

 “Semoga dengan lahirnya buku tersebut, ikatan pernikahan kami semakin bahagia.  Aamiin”, ujarnya penuh harap. Amin ya Mujibas Sailin.

Selanjutnya, di tahun yang sama, Pengurus MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Bojonegoro (tahun 2014-2019) ini  menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan.  Buku tunggal yang pertama berbahasa Jawa, yaitu pengalaman selama Haji dan Umrah.  Sedangkan buku tunggal yang kedua adalah adalah kumpulan esai menulis dan menerbitkan Buku sampai keliling Nusantara dan Dunia.  Alhamdulilah impian ini bisa menjadi nyata.

Adapun untuk patungan, seperti biasa saja.  Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan bersama grup Penerbit Buku  Inspiratif.  Juga menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang, dan lain-lain.  Tapi yang paling banyak ya di Penerbit Majas Grup.  Majas memiliki 3 penerbitan. Yaitu Majas sendiri, Praktek Mandiri dan Dwi Putra Jaya.

TAHUN 2020

Tahun 2020 ia mulai lebih konsentrasi untuk mengelola Perpustakaan Pribadi menjadi Taman Bacaan Masyarakat (TBM).  Namanya TBM Kinanthi. Kegiatan rutinnya adalah mengadakan pelatihan dan lomba menulis.

Lomba di TBM Kinanthi katanya berbeda dengan lomba-lomba di tempat lain.

“Karena bertujuan memotivasi, maka semua peserta lomba pasti juara.  Yaitu juara 1, 2, 3 dan yang lainnya juara harapan”, jelasnya. 

Sampai saat ini di TBM Kinanthi sudah mengadakan 5 kali pelatihan menulis.  4 kali pelatihan langsung dan yang sekali webinar.

TBM yang dikelolanya juga sudah melahirkan 3 buku hasil lomba dan 1 buku masih Proses di percetakan.

Dalam menyambut Bulan Bahasa Oktober nanti, TBM Kinanthi mengadakan Lomba membaca geguritan untuk siswa SD/MI.

Menurutnya hal ini bertujuan untuk menanam kecintaan siswa sejak dini terhadap sastra Jawa. Khususnya geguritan (Puisi Jawa Modern). 

Masih bayak lagi agenda kegiatan yang kami gagas di tahun 2021 nanti.  Dalam berkegiatan saya didukung oleh: dinas pendidikan kabupaten Bojonegoro, penerbit majas, KBM Bojonegoro, Pramuka Jaya Vlog, Sanggar Baca SUMILAK dan lain-lain.

 

Menyejarah Lewat Menulis

Bagi penyandang predikat “Guru Bahasa Jawa Kreatif ini”  buku adalah bukti sejarah.  Menurutnya buku merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini.

 

“Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku.  Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri”, pungkasnya.

Catatan : Disampaikan Terimakasih untuk Bung Syamsudin Al Munawy yang saya jadikan panduan tulisannya termasuk penulis juga ikut mendengarkan acara saat itu. Semoga tulisan ini memacu semangat guru penulis yang selalu aktif dalam kegiatan literasi di sekolah dan masyarakat.

Salam Literasi.

Blitar , 16 Februari 2021

Oleh  : Hariyanto – Blitar

 

NPA PGRI 13170200445

 Link 1 ; https://terbitkanbukugratis.id/hariyanto/02/2021/emi-sudarwati-guru-penjaga-gawang-bahasa-daerah-jawa/

Link 2  ; 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar