Melalui
pesan WA beliau menganjurkan mengikuti Zoom untuk ikut webinar penting ini.
Bertajuk “Pelatihan Membaca Geguritan Siswa, Guru dan Masyarakat,” pada tanggal
20 Februari 2021 nanti. Beliau adalah seorang guru Bahasa Daerah di Madiun,
lulusan Unesa Surabaya. Kiprahnya dalam menjaga kebudayaan bahasa Jawa tidak
diragukan lagi. Berbagai karya bukunya berbahasa jawa cukup banyak. Beberapa
buku tunggal dan antologinya cukup banyak, beberapa karya bersama siswanya cukup
banyak. Lengkap sudah beliau jika kita sebut salah satu guru literat. Guru yang
selalu semangat mengembangkan kebiasaan membaca dan menulis. Merawat budaya
bangsa.
Resolusinya
di tahun 2021 ini cukup banyak danmonumental. Salah satunya adalah mau
memecahkan rekor Muri dalam pelatihan tersebut. Kita doakan semoga hal itu terwujud.
Aamiin.
“Total
peserta 521.Target 3.500 peserta. Ayo... Ajak guru, siswa dan masyarakat untuk
ikutan. Agar kita benar-benar bisa
mencapai rekor MURI.
Semangat....”
Demikian ajakan itu. Sekali lagi salut dengan semangatnya.
Saya sendiri
mengenal beliau dalam acara belajar menulis Om Jay beberapa bulan lalu. Beliau
sebagai guru berprestasi tingkat Nasional juara 1 inobel beberapa tahun lalu,
berhasil menghimpun temannya untuk menulis beberapa buku. Beliau juga pernah
dinobatkan sebagai Guru Bahasa Jawa berdedikasi. Langkah saat ini pantas
disebut penjaga gawang budaya bahasa Jawa.
Mengingat
saat ini bahasa Jawa merupakan bahasa yang cenderung dilupakan generasi
mudanya. Sementara di luar negeri banyak mahasiswa justeru mempelajari bahasa
Jawa. Bahkan kuliah setara doktor pun jurusan ini ada di negeri Belanda.
Dalam hal
menulis jangan diragukan lagi prestasi beliau. Ilmunya dengan seangat mudah
disebarkan kesesama. Termasuk melalui TBM Kinanthinya
“Ternyata
menulis dan menerbitkan buku itu mudah dan sangat murah”. Kalimat ini
disampaikan Ibu Emi Sudarwati setelah bercerita singkat tentang perjalanan
hidup sebagai pendidik dan penulis. Cerita ini disampaikan ibu Emi kepada
ratusan guru yang mengikuti kelas online “Belajar Menulis bersama OmJay”, pada
Rabu (30/09/2020) malam.
Bagi guru berprestasi
asal Bojonegoro ini buku merupakan bukti sejarah. “Bagi saya, buku adalah bukti
sejarah, merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini”, tandasnya.
Oleh karena
itu ia mengajak, “Ayo kita tulis sejarah sendiri. Jangan tunggu
orang lain menulis tentang kita”.
Bermula dari
Gemar Menulis Cerita
Alumni
Jurusan Bahasa Daerah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) mulai
mencintai dunia literasi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah
Atas. Awalnya suka menulis cerita.
“Sejak SMA,
sekitar tahun 1990-an saya sudah mulai suka menulis cerita”, kenangnya
mengawali cerita malam ini.
Hal itu
berlanjut sampai ia menjadi mahasiswa. Ia menamatkan kuliah di
kampus yang kini benama Universitas Negeri Surabaya (UNESA) ini pada tahun
1998.
Pengalaman
pertama menerbitkan tulisan sangat berkesan baginya. Saking berkesannya, tidak
dapat dilukisakan dengan kata-kata.
“Apalagi
saat cerpen perdana dimuat dalam majalah, rasanya tidak bisa dilukiskan dengan
kata-kata”, ungkapnya mengenang.
Sejak saat
itu ia semakin rajin menulis dan mengirim ke
media. “Lumayan, honornya bisa untuk beli buku dan kebutuhan lain”,
kisahnya.
Selain
menulis, saat kuliah ia juga sudah suka berjualan baju, celana dan
jam tangan.
“Karena
sejak SMP kelas 1 bapak saya sudah dipanggil Tuhan”, ungkapnya lagi.
Kegiatan dan
aktivitas menulis sempat terhenti sejak menjadi abdi negara sebagai Pegawai
Negeri Sipil. Ia mengawali karir sebagai penddik dengan mengajar di SMPN 1 Baureno
sejak tahun 2005. Alasan berhenti menulis karena semua kebutuhan
sudah terpenuhi.
Namun tahun
2013 semangat menulisnya bangkit kembali. Ia merasa beruntung. Pasalnya tahun
itu beliau berjumpa dengan penulis-penulis hebat di Bojonegoro.
“Akhirnya semangat
menulis saya tumbuh kembali, tapi tujuan menulis bukan lagi karena
uang. Melainkan ingin sukses bersama siswa”, jelasnya.
Hasilnya
tahun 2014 adalah pertama kali ibu Emi menerbitkan buku bersama
siswa.Pada tahun 2015, beliau ditugaskan untuk mengikuti
lomba inobel tingkat nasional.
“Awalnya ada
rasa tidak percaya diri”.
Namun karena
Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak henti memberikan
semangat dan motivasi.
“Akhirnya
saya mengirimkan karya inovasi, meskipun dengan setengah hati”.
Ia tidak
menyangka, ternyata mendapat panggilan sebagai finalis Inobelnas.
“Bersama 102
guru dari seluruh Indonesia, saya diundang ke Jakarta untuk
presentasi. Ternyata bukan hanya presentasi, tetapi ada ujian tulis
juga. Meskipun belum mendapat juara, namun sudah cukup bangga, bisa
belajar bersama guru-guru hebat dari seluruh tanah air”, terangnya.
Di samping
itu, di tahun yang sama juga mengikuti sayembara di BBJT (Balai
Bahasa Jawa Timur). Lembaga tersebut, setiap tahun mengadakan sayembara,
yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra Indonesia, karya sastra Jawa, dan
guru bahasa berdedikasi.
Puji syukur,
editor lebih dari 300 buku karya siswa dan guru Indonesia ini mendapat anugrah
sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi. Hal ini disebabkan karena
sudah menerbitkan beberapa buku karya sastra siswa. Semua itu
diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk lebih berinovasi
lagi.
Dengan
status baru ini, beliau merasa memiliki tanggung jawab moral, agar
lebih giat menularkan virus literasi di manapun juga. Bukan hanya
untuk siswa, namun juga untuk sesama guru. Bukan hanya di Bojonegoro
saja, tetapi sampai ke luar daerah.
Tahun 2016,
Penggagas perpustakaan mini kelas ini ditugaskan mengikuti seleksi guru
prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro. Sebenarnya saat itu sudah
untuk yang ke dua kalinya. Karena banyak guru menolak mengikuti
seleksi tersebut, akhirnya dia ditugaskan lagi.
“Ternyata
tidak sia-sia. Karena bisa menduduki juara ketiga dari tiga puluhan
peserta”, ungkapnya lagi.
Pada tahun
yang sama, Pengelola TBM Kinathi ini kembali mengirimkan karya
Inobel. Kali ini bukan atas inisiatif bapak kepala
sekolah, tetapi keinginan sendiri. Karena pengalaman tahun 2015 lalu
begitu menginspirasi. Kali ini bukan karya baru. Namun
karya lama yang diedit, dengan tambahan sesuai saran dari
dewan juri. Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK
(Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak lama
seusai lomba, mendapat panggilan untuk short Course di Negeri
Belanda. Belajar sistem pendidikan di negri kaum penjajah yang super
maju itu. Berkunjung ke dua universitas terbaik, yaitu Windesheim
dan Leiden. Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik, yaitu Van
Der Capellen dan lain-lain. Bukan hanya itu, semua peserta diajak
berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia.
Sepulang
dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota
Bali. Lagi-lagi, di samping belajar juga bisa berwisaya keliling
kota terindah di negeri ini. Kali ini, semua peserta mendapat materi
merubah naskah inobel menjadi jurnal.
“Tentu ini
bukan hal kecil, karena naskah tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas
nasional, Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA”, ujarnya.
Tahun 2017
Tidak
berhenti sampai di situ. Beberapa bulan
berikutnya. Beliau diundang untuk mengikuti workshop Literasi di
Kota Batam. Tidak ingin melewatkan kesempatan, bersama beberapa
peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura. Sehari
di kota lion, ia melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura.
Bukan aji
mumpung atau apa, hanya tidak ingin melewatkan kesempatan
baik. Kapan lagi seorang guru bisa jalan-jalan ke Singapura, kalau
bukan memanfaatkan kesempatan baik tersebut. Kebetulan juga bertepatan dengan
liburan sekolah, jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di
sekolah.
Paska
menyandang predikat juara I inobelnas, ia belum boleh lagi mengikuti
lomba yang sama. Tentu dalam waktu yang belum bisa
diprediksi. Oleh karena tidak ingin kesepian,
mantan juara III Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Bojonegoro
ini mengajak teman-teman alumni finalis inobelnas untuk menulis
bersama dalam satu buku.
“Saya
menyebutnya dengan istilah Patungan Buku Inspiratif”, jelasnya.
Bukan hanya
karya yang bersifat ilmiah. Namun dalam grup tersebut juga
menerbitkan kumpulan cerita inspiratif, berbagi pengalaman mengajar,
kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.
Dalam
perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya menerbitkan buku-buku
patungan. Namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku
Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).
Tahun 2018
Ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif. Karena
sejak tahun 2018 ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup
dirubah. Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif
(PBI). Beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai
berdatangan. Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar,
Lamongan, Yogyakarta, dan lain-lain.
Akhirnya
ia berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai nara sumber pada
Hari Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Sedang di
Bojonegoro sendiri, beliau aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru
(PBG). Setiap saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri
seminar maupun pelatihan. Juga sebagai juri dalam lomba-lomba
guru. Tempatnya bisa di PBG pusat atau di PBG kecamatan.
Selain di
PBG, beliau juga juga aktif di PGRI. Yaitu sebagai juri
lomba Guru menulis dan pelatihan Menulis buku. Memotivasi guru-guru
Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam
menulis.
Ia selalu
mengimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke
media. menururutnya jangan berharap sekali kirim pasti tayang atau
dimuat. “Harus bersabar, terus-menerus mengirim
naskah. Lama kelamaan pasti dimuat juga”, bebernya.
Menurutnya
‘’lama kelamaan pasti dimuat” bukan karena penerbit merasa kasihan, tapi memang
pengalaman menulis itu sangat diperlukan. Dengan terus-menerus
mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula.
“Dari proses
tersebut kita belajar, belajar meminimalisir kekesalahan”, jelasnya.
Tahun 2019
ia mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku. Karya
ini beliau tulis berdua dengan sang suami.
“Semoga
dengan lahirnya buku tersebut, ikatan pernikahan kami semakin
bahagia. Aamiin”, ujarnya penuh harap. Amin ya Mujibas
Sailin.
Selanjutnya,
di tahun yang sama, Pengurus MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Bojonegoro (tahun
2014-2019) ini menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku
patungan. Buku tunggal yang pertama berbahasa Jawa, yaitu pengalaman
selama Haji dan Umrah. Sedangkan buku tunggal yang kedua adalah
adalah kumpulan esai menulis dan menerbitkan Buku sampai keliling Nusantara dan
Dunia. Alhamdulilah impian ini bisa menjadi nyata.
Adapun untuk
patungan, seperti biasa saja. Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1
Baureno dan bersama grup Penerbit Buku Inspiratif. Juga
menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang, dan lain-lain. Tapi yang
paling banyak ya di Penerbit Majas Grup. Majas memiliki 3
penerbitan. Yaitu Majas sendiri, Praktek Mandiri dan Dwi Putra Jaya.
TAHUN 2020
Tahun 2020
ia mulai lebih konsentrasi untuk mengelola Perpustakaan Pribadi menjadi Taman
Bacaan Masyarakat (TBM). Namanya TBM Kinanthi. Kegiatan rutinnya
adalah mengadakan pelatihan dan lomba menulis.
Lomba di TBM
Kinanthi katanya berbeda dengan lomba-lomba di tempat lain.
“Karena
bertujuan memotivasi, maka semua peserta lomba pasti juara. Yaitu
juara 1, 2, 3 dan yang lainnya juara harapan”, jelasnya.
Sampai saat
ini di TBM Kinanthi sudah mengadakan 5 kali pelatihan menulis. 4
kali pelatihan langsung dan yang sekali webinar.
TBM yang
dikelolanya juga sudah melahirkan 3 buku hasil lomba dan 1 buku masih Proses di
percetakan.
Dalam
menyambut Bulan Bahasa Oktober nanti, TBM Kinanthi mengadakan Lomba membaca
geguritan untuk siswa SD/MI.
Menurutnya
hal ini bertujuan untuk menanam kecintaan siswa sejak dini terhadap sastra
Jawa. Khususnya geguritan (Puisi Jawa Modern).
Masih bayak
lagi agenda kegiatan yang kami gagas di tahun 2021 nanti. Dalam
berkegiatan saya didukung oleh: dinas pendidikan kabupaten Bojonegoro, penerbit
majas, KBM Bojonegoro, Pramuka Jaya Vlog, Sanggar Baca SUMILAK dan lain-lain.
Menyejarah
Lewat Menulis
Bagi
penyandang predikat “Guru Bahasa Jawa Kreatif ini” buku adalah bukti
sejarah. Menurutnya buku merupakan catatan bahwa kita pernah hidup
di dunia ini.
“Oleh karena
itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah
buku. Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri”,
pungkasnya.
Catatan : Disampaikan Terimakasih untuk Bung
Syamsudin Al Munawy yang saya jadikan panduan tulisannya termasuk penulis juga
ikut mendengarkan acara saat itu. Semoga tulisan ini memacu semangat guru
penulis yang selalu aktif dalam kegiatan literasi di sekolah dan masyarakat.
Salam
Literasi.
Blitar , 16
Februari 2021
Oleh : Hariyanto – Blitar
NPA PGRI
13170200445
Link 2 ;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar