Belajar Menulis Pentigraf : Antara
Jumlah 210 Kata dan REVISI
# hariyanto
Menulis Pentigraf (Cerpen Tiga
Paragraf) memang mengasyikkan. Apalagi yang berbakat menulis cerpen. Karena
jumlah kata yang dibatasi maksimal 210 kata , maka menulis pentigraf merupakan
pilihan bagi yang tidak mau ribet berlama-lama menulis cerpen. Ingin kisahnya
cepat dinikmati dan segela bentuk “praktis” lainnya.
Maksimal 210 kata , begitu simpel.
Ya itu juga gambaran saya waktu pertama mengenal pentigraf. Melalui web
Gurusiana saya mengenalnya, lalu masuk ikut Grup FB KPI ( Kampung Pentigraf
Indonesia) di tengah tahun 2020 an. Karena saya tidak pernah memdalami teorinya
maka terjadilah “asal menulis.” Asal tiga paragraf, asal 210 kata, asal diberi
kejutan di paragraf ke 3. Asal ada alur ceritanya. Lama-lama mengenal juga boleh
ada kalimat langsung , biasanya dihitung
1 paragraf. Tapi dimaklumi jika tidak terlalu banyak dialog. ( Padahal harusnya
tidak asal karena ternyata cukup hemm....agak tibet)
Maksimal 210 kata, sungguh menjadi
penyemangat menulis. Tidak panjang begitu pikiran ini. Sampai ingn tahu mengapa
harus 210 kata, menemukan jawaban bahwa jumlah itu sangat ideal tidak begitu
panjang tidak terlalu pendek. Namun bagaimana dengan Tatika ? .....(cerita tiga
kalimat). Tentu ini sangat pendek.
Jika dicetak di sebuah buku A 5
memang hasil cetakan dengan jumlah kata 210 terlihat pas satu halaman. Ketentuan ini sempat saya abaikan karena
sebagai pemula yang penting semangatnya. Semangat menulis , asal menulis berapa
pun jumlah katanya terjang saja. Tekad asal menulis ini akhirnya terbentur
aturan ketat ketika terjadi ajakan menulis bersama di KPI. Aturan ketat tidak
boleh melebihi 210 kata.
Dari pelajaran itu, kini saya
selalu melototi pojok kiri bawah layar word ketika menulis pentigraf. Disana
tertulis jelas berapa jumlah kata dalam satu paragraf. Memang sulit sebelum
membiasakan. Sering terjadi kelebihan kata. Akhirnya langkah edit, kurangi
sana-sini ,menyesuaikan lagi isi cerita dan segi kepantasannya. Ini cukup
merepotkan namun kini sudah siap mental
jika harus mengeditnya.
Pertanyaannya bagaimana jika
tulisan itu kurang dari 210 kata. Nah kenyataan ini yang baru-baru saya sadari.
Bukankah ketentuan itu maksimal 210, artinya sah jika kurang dari itu. Bahkan
justru mempunyai nilai lebih ( hehehe....seperti pengamat ???)
Akhirnya menyikapi 210 kata itu
bagi saya saat ini tetap saya perhatikan, namun jika kurang pun justeru saya
apresiasi diri sendiri. Artinya bisa lebih ramping. Dan Kata 210 kata menjadi
tidak masalah saat ini.
Mengenai dialog, sementara saya
setujui prinsipnya jangan terlalu banyak, karenanya bisa diakali dengan merubah
menjadi kalimat tidak langsung. Yang penting membuat cerita
itu lebih hidup, dan sangat mendukung cerita maka tetap saya hadirkan dialog
itu.
Revisi ?
Ya.....akhir-akhir ini setelah
banyak belajar dari karya beberapa pentigrafis di grup saya menjadi lebih
sering merevisi pentigraf saya. Saya menjadi lebih banyak pertimbangan. Berusaha
lebih teliti lagi. Terutama mengenai isi cerita yang harus logis,....bahasa
sehemat mungkin, ....memikirkan “unsur kejutan” di paragraf ke -3. Dan juga
mengatur alur cerita agar lebih mudah dipahami pembaca.
Perhatikan karya saya di bawah ini.
Ada 2 karya dengan judul sama yang saya
revisi dalam sehari kemudian karena pertimbangan itu. Tiba-tiba saya merasa ada
yang janggal di karya pertama menyangkut peran pemilik kapak , lalu logika cerita
belum nyambung.
Hasil konsultasi dengan pentigrafis
Ken Agnibaya, ada masukan penting di karya
revisi yaitu dialog yang lebih menggigit di paragraf 2 untuk membuktikan bahwa
pak Kades tidak terlibat. Jadilah karya ini. Sedang paragraf ketiga saya
menekankan detik-detik tertangkapnya si pelaku, otak dan eksekutornya agar
lebih kuat lagi.
Kapak Bertuah ( versi 1)
@pentigraf_hariyanto
Kisah hilangnya beberapa batang
kayu dari hutan kampung menyimpan banyak misteri. Bagaimana mungkin 10 batang
kayu hilang dalam semalam. Siapa pelakunya dan alat apa saja digunakan.
Kepala Desa geram sekali mendengat kabar
itu. Seluruh staf desa dikumpulkan dan dimintai keterangan tentang raibnya
kayu-kayu tersebut. Tetapi rapat kecil itu menjengkelkan hati Kepala Desa.
“Bagaimana bisa ketemu semua diam, warga diam semua tidak tahu ?” Tangan Pak
Kades menggebrak mejanya.
Sebuah mobil memasuki halaman Kantor Desa dan
seorang warganya keluar dari mobil. Diikuti beberapa orang berseragam dan
bercupak cukurnya. Pak Parto keluar dengan sebuah kapak tuanya di tangan. Dia
tidak diborgol namun siap jadi penunjuk jalan titik terang masalah pencurian
itu. Dialah pemilik kapak bertuah, matanya tajam menatap semua pohon di kampungnya.
Blitar, 1 Juni 2021
Oleh. Hariyanto
Kapak Bertuah (Versi 2
hasil revisi )
@pentigraf_hariyanto
Kisah hilangnya beberapa batang
kayu dari hutan kampung menyimpan banyak misteri. Bagaimana mungkin 10 batang
kayu hilang dalam semalam. Siapa pelakunya dan alat apa saja digunakan.
Kepala Desa geram sekali mendengar
kabar itu. Seluruh staf desa dikumpulkan dan dimintai keterangan tentang
raibnya kayu-kayu tersebut. Tetapi rapat kecil itu menjengkelkan hati Kepala
Desa. “Bagaimana bisa ketemu semua diam, warga diam , semua tidak tahu ?”
Tangan Pak Kades menggebrak mejanya.” Awas jika ada yang terlibat saya lepas tangan.”
Sebuah mobil memasuki halaman Kantor Desa dan
seorang warganya keluar dari mobil. Diikuti beberapa orang berseragam dan cepak
rambutnya. Pak Parto keluar dengan sebuah kapak tua di tangan. Dia tidak
diborgol namun seperti jadi pemandu beberapa orang itu. Dialah pemilik kapak
bertuah, yang matanya tajam menatap
semua pohon di kampungnya. Suasana ruangan mendadak mencekam,” Selamat siang
Pak Kades, harap semuanya tidak ada yang keluar ruangan.” Mulut Pak Kades tercekat, beberapa diantara
mereka pucat.
Blitar, 2 Juni 2021
Oleh . hariyanto
Saya termasuk yang masih asal tulis 3 paragraf, Pak.
BalasHapusSama Bu masih sama-sama belajar. Salam literasi
HapusSangat menarik. Boleh berbagi ilmunya di grup pak..🙏🙏
BalasHapusBolehlah.....terimakasih salam literasi
HapusTulisannya menarik , sangat enak dibaca
BalasHapusTerimah Kasih Pak.... Salam literasi
Hapussae tenan...
BalasHapusTerimakasih Usdhof......salam literasi
Hapusterima kasih sudah berbagi ilmunya
BalasHapusSama-sama Om Jay. Salam literasi.
HapusPentigraf...gampang gampang susah he he...trims ats ilmu pentigrafnya
BalasHapusYa Bu Salam literasi
HapusTernyata rumit ya, Pak. Tapi menantang. Pingin belajar lebih banyak.
BalasHapusMudah Bu yang terbiasa....hehehe. Salam literasi
Hapus