Ketika Pembelajaran Tatap Muka (PTM)
di mulai, jangan dilupakan memberi tugas
membaca buku cerita 15 menit sebelum pembelajaran. Ini adalah tugas literasi.
Ini pun masih tahap awal, yaitu tahap pembiasaan membaca untuk menumbuhkan
minat baca. Seperti dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015. Lalu disusul dengan
gerakannya di tahun 2016 dan seterusnya hingga kini, seolah mengisyaratkan “jangan
pernah dilupakan tugas membiasakan siswa membaca buku cerita (non pelajaran).”
Ini seperti remeh tapi bukan remehan, karena bisa membentuk karakter siswa yang unggul
nantinya.
Tugas seperti ini sudah dijelaskan
dengan tuntas dalam peraturan tersebut yang sebenarnya menjadi salah satu
permen yang mengatur Penumbuhan Budi Pekerti bab mendorong minat baca.
Selanjutnya dalam buku “ Panduan
Gerakan Literasi Sekolah di SD.” Di sampulnya tertulis...”menumbuhkembangkan
budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem sekolah yang
diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang
hayat.”
Untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat diperlukan segala ketrampilan dan sikap karakter yang memadai sesuai
zamannya. Karakter yang diperlukan di abad ke 21, yang sebenarnya sudah
disatukan ke dalam Kurikulum 2013 yaitu ketrampilan 4 K ( Berpikir kritis, Kreaatif, Komunikasi,
Kolaborasi) . Ada 4 butir Nawacita yang barkait erat dengan literasi : modal
pembentukan SDM yang berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter dan
nasionalis.
Pengertian literasi dalam GLS harus dipahami secara utuh : yaitu kemampuan
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai
aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/atau berbicara. ( Panduan GLS di SD, Kemendikbud 2016)
Tahapan GLS ada 3 :1) Pembiasaan,
2) Pengembangan, 3) Pembelajaran.
Tahap 1 ; dengan cara menumbuhkan
minat baca melalui membaca 15 menit
Tahap 2 : meningkatkan kemampuan
melalui menanggapi buku pengayaan,
Tahap 3 : menggunaakan buku
pengayaan untuk pembelajaran di semua mata pelajaran.
Untuk sukses di tahao 1 kuncinya
adalah memperkenalkan siswa sejak dini, membiasakan membaca buku cerita, atau
dibacakan, atau diberi dongeng oleh gurunya. Intinya siswa diajak gembira
dengan membaca. Setelah tercipta kebiasaan membaca maka dilanjutkan kepada “tahap pengembangan.” Tahap pengembangan menurut kami adalah masuk
tahap 2 dan 3, karena siswa dibentuk dan dipandu serta belajar menuliskan
banyak hal setelah membaca. Dari menanggapi, mereview, meresume, membuat
pertanyaan, membuat kata indah, mengartikan kata dll. Semua itu tergantung
situasi dan kondisi di sekolah.
Tujuan akhir GLS adalah menjadikan
ekosistem sekolah yang literat. Hal ini tidak mudah karena harus dilakukan oleh
semua warga sekolah secara serentak saling membantu. Kesamaan konsep ini sangat
dibutuhkan.
Bagaimana situasi sekolah literat
itu ? Inilah sedikit gambaran umumnya :
1. Menyenangkan
dan ramah
2. Semua warga
sekolah beremphati, peduli dan menghargai sesama;
3. Menumbuhkan
semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan
4. Membuat
warga sekolahnya mampu berkomunikasi dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
5. Mewadahi
semua partisipasi seluruh warga sekolah termasuk lingkungan sekitarnya.
Bapak Ibu Guru selamat berliterasi.
Salam Literasi, pikirkanlah yang terbaik buat anak didik semuanya melalui
gerakan literasi sekolah. rut Lakukan dengan senang, siswa akan senang, lakukan
dengan konsisten agar tercipta karakater
membaca bagi siswanya.
Blitar, 31 Maret 2021
By . hariyanto
Siiippp saya setuju. Kita harus mampu membuat ekosistem literat di sekolah di mulai dari para guru.
BalasHapus