Rabu, 31 Maret 2021

Menumbuhkan Jiwa Literasi Siswa Sejak Dini

 


Ketika Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di mulai,  jangan dilupakan memberi tugas membaca buku cerita 15 menit sebelum pembelajaran. Ini adalah tugas literasi. Ini pun masih tahap awal, yaitu tahap pembiasaan membaca untuk menumbuhkan minat baca. Seperti dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015. Lalu disusul dengan gerakannya di tahun 2016 dan seterusnya hingga kini, seolah mengisyaratkan “jangan pernah dilupakan tugas membiasakan siswa membaca buku cerita (non pelajaran).” Ini seperti remeh tapi bukan remehan, karena  bisa membentuk karakter siswa yang unggul nantinya.

Tugas seperti ini sudah dijelaskan dengan tuntas dalam peraturan tersebut yang sebenarnya menjadi salah satu permen yang mengatur Penumbuhan Budi Pekerti bab mendorong minat baca.

Selanjutnya dalam buku “ Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SD.” Di sampulnya tertulis...”menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.”

Untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat diperlukan segala ketrampilan dan sikap karakter yang memadai sesuai zamannya. Karakter yang diperlukan di abad ke 21, yang sebenarnya sudah disatukan ke dalam Kurikulum 2013 yaitu ketrampilan 4 K  ( Berpikir kritis, Kreaatif, Komunikasi, Kolaborasi) . Ada 4 butir Nawacita yang barkait erat dengan literasi : modal pembentukan SDM yang berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter dan nasionalis.

Pengertian literasi  dalam GLS harus dipahami secara utuh : yaitu kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain  membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. ( Panduan GLS di SD, Kemendikbud 2016)

Tahapan GLS ada 3 :1) Pembiasaan, 2) Pengembangan, 3) Pembelajaran.

Tahap 1 ; dengan cara menumbuhkan minat baca melalui membaca 15 menit

Tahap 2 : meningkatkan kemampuan melalui menanggapi buku pengayaan,

Tahap 3 : menggunaakan buku pengayaan untuk pembelajaran di semua mata pelajaran.

Untuk sukses di tahao 1 kuncinya adalah memperkenalkan siswa sejak dini, membiasakan membaca buku cerita, atau dibacakan, atau diberi dongeng oleh gurunya. Intinya siswa diajak gembira dengan membaca. Setelah tercipta kebiasaan membaca  maka dilanjutkan kepada “tahap pengembangan.”  Tahap pengembangan menurut kami adalah masuk tahap 2 dan 3, karena siswa dibentuk dan dipandu serta belajar menuliskan banyak hal setelah membaca. Dari menanggapi, mereview, meresume, membuat pertanyaan, membuat kata indah, mengartikan kata dll. Semua itu tergantung situasi dan kondisi di sekolah.

Tujuan akhir GLS adalah menjadikan ekosistem sekolah yang literat. Hal ini tidak mudah karena harus dilakukan oleh semua warga sekolah secara serentak saling membantu. Kesamaan konsep ini sangat dibutuhkan.

Bagaimana situasi sekolah literat itu  ? Inilah sedikit gambaran umumnya :

1.     Menyenangkan dan ramah

2.     Semua warga sekolah beremphati, peduli dan menghargai sesama;

3.     Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan

4.     Membuat warga sekolahnya mampu berkomunikasi dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

5.     Mewadahi semua partisipasi seluruh warga sekolah termasuk lingkungan sekitarnya.

 

Bapak Ibu Guru selamat berliterasi. Salam Literasi, pikirkanlah yang terbaik buat anak didik semuanya melalui gerakan literasi sekolah. rut Lakukan dengan senang, siswa akan senang, lakukan dengan  konsisten agar tercipta karakater membaca bagi siswanya.

 

Blitar, 31 Maret 2021

By . hariyanto

1 komentar:

  1. Siiippp saya setuju. Kita harus mampu membuat ekosistem literat di sekolah di mulai dari para guru.

    BalasHapus