Kamis, 11 Maret 2021

Pentigraf Aku dan Dia Menyatukan 2 Budaya


                                                                   gambar ; kliklombok.id


Kisah yang menjadi memoar seseorang memang selalu meninggalkan kenangan mendalam, entah itu suka maupun duka. Makanya masih teringat jelas peristiwa itu sehingga mudah untuk dituliskan kembali sebagi kisah seperti baru kemarin. Semua kisah itu bisa untuk inspirasi kepada kebaikan dan sebisa mungkin untuk pembelajaran hidup.

Seperti kisahku, Aku menyebutnya sebagai kisah mendebarkan karena menyangkut penyatuan 2 budaya yang berbeda. Kisahku bersama dia, kasihku yang sekarang menjadi pendampingku sebuah kisah mengharukan. Aku dari Jawa , dia  calonku dari Lombok. Dalam adat Sasak Lombok aku sangat berhati-hati dalam berbahasa. Apalagi menyebut kata "kamu" dalam bahasa sehari-hari bisa menjadikan salah paham, karena dianggap sangat kasar. Harus ada kata tersendiri sehingga tidak berkonotasi kasar dan tabu diucapkan. Aku harus menyebut " panjenengan" dalam bahasa halus bahasa Jawa, kira-kira sepadan  bahasa Sasak "Pelinggih" dan atau "side" jika teman sebaya. Apalagi jika kita harus melewati tatacara adat pernikahan berbeda budaya.

Itulah kisah serunya, Aku harus menjadi seperti Robinhood atau berkisah Rama Shinta. Dengan tidak bermaksud menyinggung budaya lain. Singkat kata aku dibantu oleh beberapa pemuda sobatku,  berhasil memboyong kekasihku saat itu untuk seterusnya menuju akad nikah. Tetapi kisah menegangkan belum selesai, aku harus bersembunyi di tempat tertentu, karena kami dicari untuk ditangkap. Terjadilah apa yang terjadi, aku pun menyerahkan diri karena pasrah dan karena niat tulus menikahinya. Jika memang jodohku pasti akan mudah jalannya, tekadku saat itu. Pengadilan adat pun terjadi di kampungnya. Aku sebagai guru honorer dianggap tidak layak mendapatkan gadis kalangan bangsawan. Aku pun pasrah pada-Nya lalu meninggalkan kampung itu. Tetapi takdir memang tetap harus mempertemukanku dengan dia  kekasihku walau dengan penuh kejadian dalam ketegangan. Bagaimana pun akhirnya juga aku  berhasil mempertemukan kedua keluargaku  yang berbeda budaya dan telah dikaruniai dua putera dan satu cucu. Aku tahu sebenarnya adat itu sudah hendak dihapuskan sesepuh kampung dan ulama disana, dan diperbolehkan dengan melamar baik-baik saja. Tapi kisahku terlanjur menjadi salah satu episode memoar di kampung itu. 

Blitar, 11 Maret 2021

@ hariyanto



12 komentar:

  1. Perjuangan sekali ya Pak untuk bisa bersatu,
    semoga bahagia selalu bersama keluarga

    BalasHapus
  2. Semoga sll sakinah mawadah warohmah..

    BalasHapus
  3. Selalu ada cerita menarik dalam kisah cinta.

    BalasHapus
  4. Akhirnya bersatu juga. Biarlah menjadi kisah sejati untuk anak cucu kita. Kita harus tetap menjunjung tinggi adat istiadat para leluhur, agar tidak hilang.

    BalasHapus
  5. Wah kisah cinta yang mengharu biru dan penuh perjuangan. Sangat layak untuk dikenang dan tak terlupakan.

    BalasHapus