Rabu, 10 Maret 2021

Pentigraf Pahlawan Itu Pergi Satu-Satu

 


Ketika di masa penjajahan Belanda atau Jepang dulu orang berjuang melawan para penjejah dengan senjata, gugur satu tumbuh seribu. Mereka yang gugur pun menjadi pahlawan. Baik yang dikenal maupun tidak dikenal namanya. Maka sebenarnya pahlawan itu pun terus bermunculan tidak harus dimasa penjajahan, dan mereka pun gugur satu  persatu dalam perjuangannya.

 

Begitulah kisah itu tampak sekali di masa Pandemi Covid 19 ini. Wabah yang melanda memberi kisah tersendiri. Mereka yang sakit lalu wafat meninggalkan segalanya, bukan hanya harta dan atributnya. Pangkat dan kedudukannya namun juga sanak keluarganya.

 

Seolah semua  cepat berlalu, sekejap dan menghilang. Sebuah peti di dalam ambulans tidak boleh dikeluarkan, berhenti sejenak, beberapa orang berdiri melepaskannya dengan sholat jenazah yang cepat sekali. Begitu salam selesai airmata panas mengalir deras. Di belakang tangisan  anak isterinya pecah melihat mobil ambulans itu pergi. Seorang pahlawan bagi keluarganya telah pergi. Aku tercenung , menatap ambulan pergi menuju makam. Seorang ustadz, seorang juragan kaya, sampai seorang bupati. Seorang guru, perawat bahkan dokter. Bahkan prajurit kekar menjabat Kepala Dandim juga seperti itu beberapa hari kemarin, dengan protokol kesehatan. Menghadap ilahi.

                @ hariyanto

                Blitar, 10 Maret 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar