Minggu, 07 Maret 2021

Pentigraf Nenek Pahlawanku

 


Mataku tidak berhenti menatap pemandangan pagi ini sebuah becak penuh muatan barang anyaman bambu dan penumpang seorang nenek. Nenek yang usianya sekitar 70 an tahun kelihatan masih lincah, meski rambutnya berwarna putih semua, pipi keriput , namun berkain jarik serta berselempang kusut di lehernya. Betapa tidak begitu turun dari becak dengan tatapan penuh keyakinan langsung berjalan masuk ke pasar besar. Pengayuh becak mengikuti di belakangnya dengan tampah dan tompo, anyaman bambu untuk keperluan dapur orang zaman dulu. Rupanya nenek itu sedang mengantar barangnya ke pengepul dan penjaja barang serupa di pasar itu.

Sejenak kuterpana. Betapa nenek itu sebenarnya seorang pahlawan .Bukan saja pahlawan keteladanan yang selalu semangat menjalani hidup. Hidup yang sulit saat ini, saat Pandemi Covid 19 telah berlangsung memasuki setahun. Ekonomi menjadi sulit, lapangan pekerjaan banyak  tertutup. Bisa dibayangkan kerajinan seperti itu akan terjual habis dalam jangka berapa lama. Barang langka yang sudah ditinggalkan banyak orang karena muncul plastik pesaingnya.

Nenek itu juga  pahlawan lingkungan hidup, yang menggunakan bahan alam dengan bijaksana. Merawat bambu dan menjadikannya barang indah nan berguna. Melestarikan budaya yang sudah tidak dilirik oleh generasi penerusnya. Ah, akankah generasi muda kehilangan tongkat penerus budaya ini? Anyaman bambu, rotan, untuk tempat bunga, atau kipas angin alami, dan tempat nasi, serta pencuci beras atau kedelai kini sudah mulai ditinggalkan. Nenek tua itu masih setia merawatnya. Merawat penuh keikhlasan warisan dari ayah bundanya dulu, tanpa berpikir lagi dihargai berapa harga satu tampah atau tompo sebecak pagi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar