Mataku tidak berhenti
menatap pemandangan pagi ini sebuah becak penuh muatan barang anyaman bambu dan
penumpang seorang nenek. Nenek yang usianya sekitar 70 an tahun kelihatan masih
lincah, meski rambutnya berwarna putih semua, pipi keriput , namun berkain
jarik serta berselempang kusut di lehernya. Betapa tidak begitu turun dari
becak dengan tatapan penuh keyakinan langsung berjalan masuk ke pasar besar. Pengayuh
becak mengikuti di belakangnya dengan tampah dan tompo, anyaman bambu untuk
keperluan dapur orang zaman dulu. Rupanya nenek itu sedang mengantar barangnya
ke pengepul dan penjaja barang serupa di pasar itu.
Sejenak kuterpana.
Betapa nenek itu sebenarnya seorang pahlawan .Bukan saja pahlawan keteladanan yang
selalu semangat menjalani hidup. Hidup yang sulit saat ini, saat Pandemi Covid
19 telah berlangsung memasuki setahun. Ekonomi menjadi sulit, lapangan
pekerjaan banyak tertutup. Bisa
dibayangkan kerajinan seperti itu akan terjual habis dalam jangka berapa lama.
Barang langka yang sudah ditinggalkan banyak orang karena muncul plastik pesaingnya.
Nenek itu juga pahlawan lingkungan hidup, yang menggunakan
bahan alam dengan bijaksana. Merawat bambu dan menjadikannya barang indah nan
berguna. Melestarikan budaya yang sudah tidak dilirik oleh generasi penerusnya.
Ah, akankah generasi muda kehilangan tongkat penerus budaya ini? Anyaman bambu,
rotan, untuk tempat bunga, atau kipas angin alami, dan tempat nasi, serta
pencuci beras atau kedelai kini sudah mulai ditinggalkan. Nenek tua itu masih
setia merawatnya. Merawat penuh keikhlasan warisan dari ayah bundanya dulu,
tanpa berpikir lagi dihargai berapa harga satu tampah atau tompo sebecak pagi
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar